Pasien Kanker Lebih Berisiko Terinfeksi COVID-19, Begini Saran Dokter

ADVERTISEMENT

Pasien Kanker Lebih Berisiko Terinfeksi COVID-19, Begini Saran Dokter

Inkana Izatifiqa R Putri - detikHealth
Jumat, 03 Feb 2023 08:50 WIB
Dokter Spesialis  Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi Medik dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM
Foto: AstraZeneca
Jakarta -

Pasien kanker menjadi salah satu kelompok rentan yang berisiko tinggi terinfeksi COVID-19. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang belum cukup memadai dalam memberikan proteksi terhadap penyakit/infeksi, salah satunya COVID-19.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi Medik dr. Jeffry Beta Tenggara menyampaikan lemahnya sistem kekebalan tubuh pada pasien kanker memberi efek gejala COVID-19 yang lebih parah, bahkan hingga risiko kematian yang lebih tinggi. Adapun kondisi tersebut dapat berasal dari kanker itu sendiri maupun efek samping dari terapi kanker.

"Berdasarkan studi meta-analisis dari 52 penelitian yang melibatkan 18.650 pasien kanker dengan COVID-19, laju mortalitas sebesar 25.6% yang artinya pasien kanker yang terkena COVID-19 memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kematian sehingga diperlukan mendapatkan perhatian khusus," ujar dr. Jeffry dalam keterangan tertulis, Jumat (3/2/2023).

"Dari 1557 pasien kanker yang sedang dalam pemulihan dari COVID-19, 15% pasien dilaporkan mengalami beberapa kondisi seperti gangguan pernapasan (49.6%), lelah (41%) dan disfungsi kognitif serta psikologis (4.3%). Gejala COVID-19 yang bertahan ini, lebih sering ditemui pada usia lanjut, memiliki komorbid, dan riwayat merokok," lanjutnya.

Cara Mencegah COVID-19 pada Pasien Kanker

Untuk pasien kanker, dr. Jeffry mengingatkan pentingnya proteksi khusus. Termasuk dengan melakukan vaksinasi lengkap. Menurutnya, pasien kanker perlu mendapatkan vaksinasi, kecuali mereka yang memiliki kondisi tertentu dan tidak bisa divaksin. Misalnya, alergi terhadap bahan dari vaksin atau kondisi lainnya yang memerlukan proteksi tambahan.

"Meskipun beberapa data menunjukkan perbedaan respon vaksinasi antara pasien kanker dengan populasi sehat, saat ini vaksinasi merupakan rekomendasi terbaik, tidak hanya di Indonesia tapi juga negara lain," urainya.

Di samping itu, dr. Jeffrey menyarankan agar pasien kanker dapat memperoleh antibodi monoklonal melalui imunisasi pasif. Berbeda seperti imunisasi aktif, antibodi monoklonal menargetkan Spike Protein Virus COVID-19 sebagai pencegahan (Pre exposure Prohylaxis/PrEP) terhadap infeksi SARS-CoV-2.

Adapun antibodi monoklonal dapat menjadi salah satu opsi perlindungan tambahan untuk mencegah terjadinya dampak buruk dari COVID-19, khususnya bagi kelompok rentan.

"Tujuannya sama dengan vaksinasi yaitu untuk mencegah terjadinya COVID-19, khususnya gejala/dampak buruk yang dihasilkan dari COVID-19. Perbedaannya, pada pemberian antibodi monoklonal, tubuh tidak perlu membuat antibodi sendiri karena sudah diberikan secara langsung," paparnya.

Lebih lanjut, dr. Jeffry mengungkapkan antibodi monoklonal juga memberikan perlindungan jangka panjang hingga 6 bulan. Jenis perlindungan ini juga efektif untuk mencegah risiko COVID-19 pada kelompok rentan, salah satunya pasien kanker.

"Di sisi lain, antibodi monoklonal dapat memberikan perlindungan jangka panjang hingga 6 bulan dan efektif melawan virus SARS Cov-2 yang telah bermutasi," sambungnya.

Sementara itu, Pendiri dan Ketua Cancer Information and Support Center (CISC) Aryanthi Baramuli Putri menjelaskan pasien kanker juga tetap perlu untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan. Hal ini guna mengoptimalkan proteksi pada tubuh dari virus COVID-19.

"Yakni menjaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan masker. Apabila dibutuhkan, CISC juga senantiasa hadir untuk memberikan dukungan dan menyediakan informasi terkait pasien kanker dalam melindungi diri dari COVID-19," pungkasnya.



Simak Video "Kapan Indonesia Cabut Status Darurat Covid-19?"
[Gambas:Video 20detik]
(ncm/ega)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT