Pamer 'Body Count' di Medsos, Ini Dampaknya Bagi Mental

ADVERTISEMENT

Pamer 'Body Count' di Medsos, Ini Dampaknya Bagi Mental

Khairunnisa Adinda Kinanti - detikHealth
Selasa, 07 Feb 2023 17:23 WIB
Jakarta -

Tren pamer 'body count' sempat ramai di sosial media, khususnya TikTok. Tren ini merujuk pada penggambaran jumlah orang yang pernah menjadi pasangan dalam hubungan seksual. Semakin besar jumlah body count seseorang, artinya orang tersebut melakukan hubungan seksual dengan banyak orang juga.

Hal ini tentu memiliki risiko tinggi dari sisi medis, yakni infeksi menular seks dan penyakit lainnya. Namun, ternyata orang dengan jumlah body count yang banyak, memiliki risiko pada mentalnya juga, seperti yang dikemukakan oleh Veronica Adesla, M.Psi, Psikolog dalam program e-Life Jumat (03/02/2023) lalu.

"Kalau kita masuk ke area body count-nya itu ke arah gonta-ganti pasangan, dalam satu waktu bisa beberapa pasangan, kalau sampai itu terjadi, pasti ada penyebab sehingga kenapa bisa berperilaku demikian. Penyebab inipun menyangkut kesehatan mental," ungkap Veronica Adesla, M.Psi, Psikolog.

"Penyebabnya bisa jadi pelarian, trauma, insecurity-nya dia. Salah satu yang membuat dirinya diinginkan dan berharga adalah ketika melakukan hubungan seks dengan orang tersebut. Efek jangka pendeknya mungkin dirasa sebagai sebuah kelegaan, ya. Berarti pada saat melakukan hubungan seksual dia merasa dicintai. Efek panjangnya apa? Setelah selesai (melakukan hubungan seks), akan muncul rasa insecurity dari dalam dirinya dan akan mencari lagi (pasangan untuk melakukan seks). Jadi it's never ending," lanjutnya.

Menurut Veronica Adesla, M.Psi, Psikolog, adanya edukasi tentang seks sangat diperlukan, terlebih untuk usia-usia masuk remaja. Materi edukasi tentang seks pun perlu diperbaharui dan mengikuti isu-isu yang sedang trending.

"Penting banget untuk sex education. Sex education di sekolah harus tetap ada, terutama untuk anak-anak yang masuk masa remaja, dan itu harus dipersiapkan. Konten dan materi dari sex education itu sendiri memang harus memasukkan isu-isu terkini yang sedang beredar di sosial media, di masyarakat, atau di kelompok pertemanan mereka harus diangkat dalam materi sex education. That's why kenapa harusnya konten sex education itu harus selalu diperbaharui," ungkap Veronica Adesla.

(mjt/mjt)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT