Muncul laporan kasus baru gagal ginjal akut di Jawa Barat. Belum diketahui apakah yang bersangkutan berkaitan dengan 200-an anak meninggal diduga akibat cemaran etilen glikol dan dietilen glikol pada obat sirup, di luar ambang batas aman.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jawa Barat dr Ryan Bayusantika menegaskan pihaknya sudah memberikan sampel obat sirup kepada pemerintah pusat.
"Sedang dikonfirmasi pusat, sampel sudah diambil," katanya saat dihubungi detikcom Minggu (19/2/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum ada hasil," sambung dia.
dr Ryan juga belum merinci bagaimana kondisi dan laporan awal kasus gagal ginjal akut baru di Jabar, termasuk usia dan gejala yang dialami pasien. Seperti diketahui, kondisi gagal ginjal tidak hanya berkaitan dengan obat yang dikonsumsi, ada beberapa faktor yang mendasari kondisi ini.
Salah satunya yakni faktor internal. Menurut pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada Prof Zullies Ikawati, riwayat penyakit hingga infeksi virus juga bisa memicu gagal ginjal.
"Yang dimaksud faktor internal itu adalah faktor dari pasien. Apakah dia ada penyakit, infeksi, atau status nutrisi," beber Prof Zullies dalam konferensi pers, ditulis Minggu (19/2/2023).
Kedua, faktor eksternal. Faktor eksternal bisa meliputi cemaran termasuk etilen glikol dan dietilen glikol. Bisa juga disebabkan logam berat atau obat-obat lain yang mungkin digunakan hingga berpengaruh ke fungsi ginjal.
"Ada beberapa obat yang juga bisa menyebabkan gagal ginjal akut, seperti obat yang sifatnya seperti obat nefrotoksik atau toksik terhadap ginjal juga bisa menyebabkan gagal ginjal akut," kata dia.
Karenanya, seluruh kasus gagal ginjal menurut Prof Zullies tidak lantas selalu bisa dikaitkan dengan obat sirup seperti kasus viral Oktober 2022.
"Jadi, saat menganalisis harus menyeluruh, ada faktor yang mungkin harus digali untuk memastikan apakah ini benar karena intoksikasi EG-DEG," pungkasnya.
(naf/naf)











































