Trauma Picu Kekerasan? Ini Kata Psikolog Klinis

Trauma Picu Kekerasan? Ini Kata Psikolog Klinis

Khairunnisa Adinda Kinanti - detikHealth
Selasa, 21 Feb 2023 07:17 WIB
Jakarta -

Video aksi anarki seorang pengemudi yang terjadi di Jakarta Selatan baru-baru ini tersebar di sosial media, yaitu pengemudi Fortuner yang menyerang pengemudi lain Brio Kuning, dengan menggunakan senjata api mainan dan pedang di Jalan Senopati.

Dari keterangan pengacaranya, mengungkapkan bahwa pengemudi Fortuner ini bernama Giorgio. Ia mengalami trauma karena pernah menjadi korban tabrak lari, sehingga refleks melakukan aksi pengerusakan yang dilakukan sebagai bentuk perlindungan diri.

Dikemukakan oleh Anastasia Sari Dewi, S.Psi, M.Psi, Psikolog selaku Psikolog Klinis Dewasa, cara menunjukkan rasa trauma ada berbagai cara. Ada yang menunjukkannya dengan amarah, ketakutan, bahkan sampai melakukan kekerasan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ekspresi orang itu kan misterius ya, beda-beda. Mungkin sama-sama trauma, tapi ekspresinya menunjukkan ketakutan, tapi bagi orang lain cara mengekspresikan rasa traumanya itu dengan kemarahan sebagai bentuk perlindungan diri, supaya tidak terjadi lagi apa yang pernah ia alami sebelumnya," tuturnya.

"Ada juga yang bentuknya kekerasan. Semuanya ini memang perlindungan yang dipakai oleh orang dan kombinasi dengan karakter mereka seperti apa. Jadi, kalau misalkan trauma, kemudian jadi keras dan kasar itu bisa saja terjadi. Jadi malah membalas, itu bisa juga terjadi. Tapi kekerasan tersebut tidak untuk jadi pembenaran ya, jadi tidak bisa dibenarkan juga kalau menurut saya," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Diketahui mobil Brio yang menjadi korban kekerasan di jalan raya adalah taksi online yang sedang membawa penumpang. Karena kejadian ini, penumpangnya pun turut mengalami trauma.

Anastasia Sari Dewi, S.Psi, M.Psi, Psikolog selaku Psikolog Klinis Dewasa pun memberikan saran untuk korban yang bersangkutan agar sementara ini bisa didampingi terlebih dahulu ketika mau berpergian.

"Wajar banget sih, ngeri kalau lihat di video itu ya. Terlepas tahu itu (senjata api) mainan atau bukan, orang-orang tahunya itu bukan mainan ya. Sudah kaget, dan merasa terancam. Saya rasa untuk korban perlu adanya referensi untuk bagaimana dia bisa melakukan pemulihan atau menjalani pemulihan, entah untuk profesional atau mungkin didampingi dulu saat berpergian," ujarnya dalam program e-Life Jumat (17/02/2023) lalu.

"Bisa juga seperti diberikan bantuan lah. Selain didampingi, mungkin bisa diantar dulu dengan orang yang dia kenal. Tapi jangan orang yang arogan ya bawa kendaraannya, supaya tidak menimbulkan kemungkinan potensi konflik yang sama. Sementara waktu mungkin akan ada ketakutan, atau terngiang-ngiang suara keras, ketakutan saat berada di jalan, atau mendengar klakson, dan lain sebagainya. Mungkin dia akan memancing semua memorinya. Jadi kasih waktu untuk istirahat dulu itu juga bagus, sih. Istirahat dulu, menenangkan diri," tutupnya.

(mjt/mjt)

Berita Terkait