Salah satu tantangan utama dalam penanganan kanker pada anak adalah sulitnya deteksi dini. Beberapa jenis kanker gejalanya tidak spesifik, kerap disangka penyakit lain.
Seorang remaja penyintas kanker darah, Romansyah (14), mengalaminya. Semasa kecil, ia sempat didiagnosis sakit paru oleh Puskesmas di tempat tinggalnya, di Karawang, Jawa Barat.
"Iya, TBC (tuberkulosis)," kata Roman, sapaannya, ditemui dalam peringatan Hari Kanker Anak Internasional 2023 di Tribeca Park Central Park, Jakarta Barat, Minggu (26/2/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski sudah mendapat pengobatan rutin, keluhannya tidak kunjung membaik. Malah, disebutnya makin parah.
Lalu pada umur 4 tahun, ia jatuh dari motor dan mengalami keluhan sulit berjalan. Dibawa ke tukang urut, malah memburuk dan akhirnya sempat tidak bisa berjalan.
Belakangan, ia dirujuk ke rumah sakit umum dan mendapat transfusi darah. Berdasarkan hasil pemeriksaan awal, ia dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo pada 2013.
"Nah di Cipto (RSCM) itu, baru ketahuan ada kanker darah," katanya.
Selama 2 tahun menjalani serangkaian terapi, kondisi Roman membaik. Sempat mengalami relaps, namun kini sudah dinyatakan remisi.
"Dibilang sembuh ya nggak juga, tapi sakit ya alhamdulillah nggak," katanya, menjelaskan kondisinya saat ini yang sudah jauh lebih baik.
(up/naf)











































