Indra Bekti curhat soal depresi yang dialami usai terkena perdarahan otak. Diungkapkannya, hal itu berkaitan dengan penglihatan yang sempat terganggu sehingga ia belum bisa melihat dengan jelas.
Dalam wawancara bersama Melaney Ricardo di YouTube pada Minggu (26/2/2023), Bekti belakangan menyadari sering emosional. Bahkan, sampai membuat anak-anaknya menangis.
"Dulu kan kayak gelap, terus lihat sekeliling itu stres karena ini 'Bagaimana sih mau sama anak-anak dan Dila juga', jangan merasa kayak 'Lo tuh sok mengatur gue' begitu, 'Gue bisa kok, gue bisa kok', itu yang ada dalam pikiran gue," kata Bekti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan gue depresinya adalah ya itu, gue masih banyak kerjaan lho sebenarnya, begitu lho. Dan gue mesti tanggung jawab sama anak-anak dan istri gue," lanjutnya.
Adakah Kaitan Perdarahan Otak dan Depresi?
Dikutip dari Mayo Clinic, sepertiga penyintas stroke mengalami depresi. Sebagian besar dari mereka mengeluhkan gejala ini dalam tahun pertama pasca terkena stroke.
Ini bisa terjadi pada segala jenis stroke termasuk stroke hemoragik perdarahan otak. Pakar kesehatan menyebut sejauh ini belum ada penjelasan medis secara pasti terkait hubungan stroke dan depresi.
Namun, teori awal menunjukkan respons psikologis terkait stres hingga depresi bisa muncul akibat terisolasi selama sakit. Bisa juga berupa faktor biologis meliputi:
- peradangan
- gangguan jalur saraf
- gangguan pada faktor neurotropik
- gangguan pada jalur untuk serotonin, dopamin, dan norepinefrin
Faktor risiko yang berkontribusi terhadap depresi setelah stroke meliputi:
- cacat fisik
- depresi sebelum stroke
- stroke berat
- gangguan kognitif
Orang yang mengalami depresi pasca stroke mungkin mengalami kesulitan pulih dari stroke dan memiliki risiko lebih tinggi untuk kambuh.
Bagaimana Mengatasinya?
Depresi umumnya bisa diatasi dengan psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif, modifikasi gaya hidup yakni olahraga hingga konsumsi obat antidepresan.
Stroke apapun yang menyebabkan kecacatan, isolasi sosial, atau kerusakan otak dapat menyebabkan depresi.
Seseorang mungkin mengalami perubahan emosional akibat kerusakan otak atau menyesuaikan diri dengan tantangan dan kecacatan sosial baru.
(naf/vyp)











































