WHO Rilis Data Asal-Usul COVID-19 yang Dicurigai dari Rakun di Pasar Wuhan

WHO Rilis Data Asal-Usul COVID-19 yang Dicurigai dari Rakun di Pasar Wuhan

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Senin, 20 Mar 2023 11:36 WIB
WHO Rilis Data Asal-Usul COVID-19 yang Dicurigai dari Rakun di Pasar Wuhan
WHO merilis data asal usul COVID-19 yang dicurigai dari rakun. (Foto: AFP via Getty Images/FREDERICK FLORIN)
Jakarta -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali merilis data baru terkait asal usul COVID-19. Dari data dan sampel yang dikumpulkan setelah kasus pertama pada 2019 di pasar makanan laut Huanan, Wuhan, virus tersebut berkaitan dengan anjing rakun yang ada di sana.

Data terbaru ini terungkap setelah para peneliti China berbagi urutan genetik mentah yang diambil dari spesimen swab yang dikumpulkan di pasar pada awal pandemi. Urutan tersebut diunggah pada akhir Januari 2023 ke situs berbagi data GISAID, tetapi baru-baru ini telah dihapus.

"Tim peneliti internasional memperhatikan mereka dan mengunduhnya untuk studi lebih lanjut," kata pejabat WHO yang dikutip dari CNN, Senin (20/3/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa isi data tersebut?

Sebelumnya, para peneliti China yang berafiliasi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit negara itu, telah membagikan analisis sampel mereka sendiri pada tahun 2022. Namun, mereka menyimpulkan bahwa tidak ada hewan inang yang menjadi sumber dari COVID-19.

Penelitian tersebut mengamati 923 sampel lingkungan yang diambil dari dalam pasar makanan laut dan 457 sampel yang diambil dari hewan, serta menemukan 63 sampel lingkungan yang positif virus penyebab COVID-19.

ADVERTISEMENT

Sebagian besar diambil dari ujung barat pasar. Dari penelitian itu, tidak ada sampel hewan yang diambil dari produk beku untuk dijual dan hewan hidup yang berkeliaran di pasar yang positif. Melihat itu, para peneliti China tidak melihat adanya hubungan hewan lain yang dicurigai sebagai sumber utama virus tersebut.

Namun, saat tim peneliti internasional baru-baru ini melihat materi genetik sampel tersebut menggunakan teknik genetik metagenomics, mereka terkejut menemukan sejumlah besar DNA anjing rakun.

Anjing rakun dapat terinfeksi virus penyebab COVID-19 dan masuk dalam daftar hewan yang dicurigai menjadi inang virus tersebut.

"Apa yang mereka temukan adalah bukti molekuler bahwa hewan dijual di pasar itu. Itu dicurigai, tetapi mereka menemukan bukti molekuler tentang itu. Dan juga beberapa hewan yang ada di sana rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2, dan beberapa dari hewan itu termasuk anjing rakun," kata Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19.

"Ini tidak mengubah pendekatan kami untuk mempelajari asal usul COVID-19. Itu hanya memberitahu kita bahwa ada lebih banyak data, data itu perlu dibagikan secara penuh, dan semua hipotesis tetap ada," katanya.

Meski begitu, dari temuan baru yang belum dipublikasi itu mereka belum bisa membuktikan secara pasti anjing rakun itu menjadi asal usul dari COVID-19 dan menjadi hewan pertama yang menginfeksi manusia.

Itu karena virus tidak bertahan lama di lingkungan luar inangnya. Sebab, ditemukan begitu banyak materi genetik dari virus yang bercampur dengan materi genetik dari anjing rakun, yang sangat meyakinkan bahwa hewan itu mungkin menjadi sumber utama COVID-19.

NEXT: WHO kembali mendesak China untuk berbagi data

WHO kembali mendesak China

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pihaknya baru mengetahui terkait data baru tersebut. Hal itu membuat WHO kembali mendesak China untuk membagikan semua data yang berkaitan dengan COVID-19.

"Segera setelah kami mengetahui data ini, kami menghubungi CDC China dan mendesak mereka untuk membagikannya dengan WHO dan komunitas ilmiah internasional agar dapat dianalisis," kata Tedros.

Namun, para pakar dari WHO mengungkapkan data tersebut tidak konklusif. Mereka masih belum bisa mengatakan apakah virus itu bocor dari laboratorium atau menyebar secara alami dari hewan ke manusia.

"Data ini tidak memberikan jawaban pasti untuk pertanyaan tentang bagaimana pandemi dimulai, tetapi setiap data penting untuk mendekatkan kita ke jawaban itu," sambung Tedros.

Melihat adanya temuan data baru ini membuktikan bahwa China memiliki lebih banyak data yang mungkin berkaitan dengan asal usul pandemi, dan belum dibagikan ke seluruh dunia.

"Data ini bisa saja, dan seharusnya, dibagikan tiga tahun lalu. Kami terus meminta China untuk transparan dalam berbagi data dan melakukan penyelidikan yang diperlukan serta membagikan hasil," tegasnya.

"Memahami bagaimana pandemi dimulai tetap menjadi keharusan moral dan ilmiah," lanjut Tedros.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "WHO Bantah Hentikan Pencarian Asal-usul Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)
Rakun Kesandung COVID-19
6 Konten
Asal-usul COVID-19 masih menjadi misteri hingga saat ini. Banyak teori mengemuka, mulai dari kebocoran laboratorium hingga penularan dari kelelawar. Yang terbaru, disebut-sebut dari rakun.

Berita Terkait