Tips menggunakan oralit saat sahur banyak berseliweran di media sosial. Bahkan, saking ramainya tren ini, kesediaan oralit di beberapa apotek sampai habis. Padahal, penggunaan oralit untuk menghilangkan rasa haus selama puasa kurang tepat.
Dr Rita Ramayulis, DCN, M Kes, nutrisionis di RS Royal Progress sekaligus Ketua Indonesian Sport Nutritionist Association (ISNA) mengungkapkan bahwa mengonsumsi oralit saat sahur justru malah memicu rasa haus selama berpuasa.
"Kalau kita lihat kandungannya, natrium, berarti terakumulasi dong. Kalau kita lihat olahragawan, setelah berkeringat banyak, kenapa kita pancing dengan pemberian cairan elektrolit, bukan dengan air putih. Tujuannya supaya muncul rasa haus. Rasa haus itu akan membuat dia lebih banyak minum nanti setelahnya," ungkapnya dalam program detikPagi, Senin (27/3/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang bayangkan, kalau itu kita letakan pada sahur berarti nanti akan sangat mungkin rasa haus itu akan terpancing. Karena elektrolitnya terisi. Cairan mereka sudah terisi atau belum? Karena kan bisa aja mereka abai. Mereka pikir hanya dengan oralit saja, mereka sudah dapat terhidrasi dengan baik dan lupa mengonsumsi cairan yang cukup. Akibatnya mungkin rasa haus itu akan lebih tinggi karena konsentrasinya meninggi dalam darah. Yang ada rasa tambah haus," lanjutnya.
Selain itu, kandungan natrium dan glukosa pada oralit perlu menjadi perhatian, terutama bagi mereka yang mengidap hipertensi dan diabetes.
"Dan yang kedua, akumulasi natrium, akumulasi glukosa, akumulasi kalium, itu menjadi tidak baik dalam tubuh seseorang. Terutama yang punya risiko hipertensi, risiko diabetes mellitus, itu hati-hati," tekannya.
Memang, penggunaan oralit dalam dosis kecil tidak begitu memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kesehatan tubuh. Namun, penggunaan oralit saat sahur dipertanyakan kegunaannya. Sebab, Dr. Rita menganggap bahwa kandungan dalam oralit, seperti natrium, kalium, dan glukosa, bisa didapatkan melalui makanan yang sehat.
"Sekarang terlepas dari itu semua, taruh lah karena dosisnya kecil mungkin untuk 30 hari pada orang sehat tidak memberikan dampak, misalnya yang terlalu bermakna untuk gangguan kesehatan. Tapi keperluannya di mana? Keperluannya di mana mengonsumsi oralit saat sahur?" jelasnya.
"Bukankah natrium kita dapatkan saat kita mengonsumsi satu mangkok sayur yang di dalamnya juga kita tambahkan garam dapur. Bukankan kita juga dapatkan dari lauk yang di dalamnya ada garam dapur, ada natrium klorida yang sama persis di oralit. Lalu kalium, bukankah di sayur ada kalium yang tinggi. Bahkan kita untung kalau kita konsumsi sayur kita juga dapatkan magnesium, kita juga dapat mikronutrien lainnya. Kemudian untuk glukosa, gak cukupkah kita dapatkan dari buah-buahan yang kita konsumsi saat sahur. Justru yang perlu dipikirkan adalah kalau oralit menggantikan keberadaan sayur, menggantikan keberadaan buah, apakah oralit bisa menggantikan keberadaan protein yang perlu kita konsumsi saat sahur. Jadi keperluannya apa nih mengonsumsi si oralit tadi?" pungkasnya.
(Dinda Zahra Ghaisani Usdi/up)











































