Angka kelahiran prematur di Korea Selatan meningkat di tengah krisis populasi yang terjadi belakangan ini. Statistik dari Institut Kesehatan dan Sosial Korea menunjukkan adanya penurunan angka kelahiran di Korea Selatan selama dekade terakhir.
Dari 471.000 kelahiran pada 2011, kini turun drastis menjadi 261.000 pada tahun 2021.
Sementara itu, di periode yang sama tingkat kelahiran prematur di Korea Selatan malah meningkat. Dari sebelumnya hanya 6 persen, kini menjadi 9,2 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari The Straits Times, angka kelahiran bayi dengan berat lahir yang rendah juga ikut meningkat, dari 5,2 persen menjadi 7,2 persen. Kondisi bayi yang lahir prematur memiliki sistem organ yang belum berkembang sepenuhnya.
Umumnya, bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu dianggap prematur. Berat badan lahir rendah mengacu pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2,5 kg.
Dalam studi terbaru, kelahiran prematur juga bisa terkait dengan perawatan infertilitas, seperti perawatan fertilisasi in vitro atau inseminasi buatan. Selain itu, kondisi lahir prematur juga meningkat pada ibu yang melahirkan bayi kembar tiga atau lainnya.
Dikutip dari Korean Herald, data statistik menunjukkan jumlah kelahiran kembar sedikit meningkat dari 139.000 pada tahun 2011 kini menjadi 140.000 pada tahun 2021, di tengah menurunnya jumlah kelahiran.
Di antara kelahiran kembar yang terjadi pada tahun 2021, sebanyak 66,6 persen bayi lahir prematur dan 59,9 persen lahir dengan berat yang rendah, dengan beberapa tumpang tindih di antara keduanya.
"Bayi prematur lebih cenderung memiliki risiko kesehatan dalam hal fungsi paru-paru dan tekanan darah. Status perkembangan, penyakit, dan kecacatan mereka harus terus dipantau oleh pemerintah," kata rekan peneliti Korea Institute for Health and Social Affairs, Choi Eun-jin.
(sao/vyp)











































