Salah satu petunjuk baru tentang asal usul COVID-19 sempat diunggah tanpa adanya pemberitahuan ke database ilmiah. Temuan yang diunggah selama berminggu-minggu itu secara tiba-tiba menghilang dari pandangan publik.
Namun, data genetik yang berisi hasil swab yang diambil dari pasar makanan laut Huanan di Wuhan, China, itu kembali muncul secara online dalam waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya ahli biologi evolusi Paris, Florence Debarre, menemukannya saat bekerja pada pekan lalu.
Florence Debarre mengatakan dirinya menemukan file-file yang berisi petunjuk baru itu tanpa sengaja. Ia juga memastikan bahwa hewan yang rentan terhadap virus Corona itu juga ada di pasar Wuhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari temuannya yang ia beserta rekan-rekannya posting pada minggu lalu itu kembali mempermudah untuk mengidentifikasi asal usul COVID-19. Namun, sejak temuan itu dipublikasikan, Debarre mendapat serangan dari massa online dan berbagai ancaman.
"Tadi malam, saya menangisi hal-hal mengerikan yang saya baca tentang diri saya di media sosial," ungkapnya yang dikutip dari laman The Guardian, Selasa (28/3/2023).
Debarre merupakan seorang peneliti senior di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis. Ia adalah salah satu dari ribuan ilmuwan di dunia yang mencoba melacak perjalanan virus Corona sebelum menyebar ke manusia pada akhir 2019.
Awal Temuan
Debarre menceritakan saat itu ia tengah mencari data di GISAID. Namun, ia menemukan hal yang tidak biasa.
Basis itu menunjukkan ribuan urutan genetik mentah dari hasil swab yang diambil ilmuwan China pada awal 2020. Itu diambil dari lantai, kandang, dan permukaan pasar Wuhan yang merupakan tempat kasus pertama virus Corona terdeteksi.
Analisis pra-cetak dari swab yang sama, yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) pada Februari 2022, mengklaim bahwa mereka telah memasukkan DNA manusia dan jejak virus corona. Tetapi, itu tidak menunjukkan bukti jenis hewan yang paling mungkin menjadi vektor untuk virus.
Temuan mereka mendukung argumen yang diungkapkan beberapa pejabat China yang mengatakan bahwa pasar Wuhan hanyalah sebuah situs tempat virus itu menyebar antarmanusia. Artinya, tempat itu bukan menjadi asal usul atau sumber pertama menyebarnya virus dari hewan ke manusia.
Namun, ketika Debarre dan rekannya menganalisis data yang sama, mereka mendapatkan hasil yang berbeda.
"Saya menemukan nama Latin untuk anjing rakun, berkali-kali. Itu adalah salah satu emosi terbesar dalam hidup saya," beber Debarre.
Hewan yang masih sepupu dengan rubah Asia timur omnivora ini sangat rentan terhadap infeksi virus Corona. Anjing rubah ini juga bisa menularkan virus dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi hewan dan manusia yang ada di sekitar mereka. Dengan kata lain, hewan itu dipastikan ada di tempat kejadian.
Debarre menekankan bahwa DNA hewan lain juga ditemukan dan masih belum ada bukti konklusif bahwa anjing rakun di pasar itu membawa virus atau menjadi sumber transmisi pertamanya ke manusia.
"Tapi, sekarang tidak dapat disangkal bahwa mereka (anjing rakun) ada di sana," kata dia.
Sebagai langkah selanjutnya, harus melakukan penyelidikan pada rantai pasokan ilegal yang membawa anjing rakun dan hewan lain ke pasar Wuhan selama musim dingin pada tahun 2019 itu. Itu untuk melihat apakah mereka mungkin mengarah lebih dekat ke sumber asli virus, yang masih diduga berasal dari kelelawar.
(naf/naf)











































