Imbas wabah flu burung, Jepang telah kehilangan begitu banyak ayam. Kini, negara tersebut sampai kehabisan tanah untuk mengubur bangkai ayam yang terinfeksi flu burung.
Jepang NHK pada Selasa (4/4/2023) melaporkan, 16 dari 26 prefektur di negara tersebut tidak memiliki cukup lahan untuk membuang unggas yang dimusnahkan dengan benar. Seluruhya dilaporkan mengalami wabah flu burung baru-baru.
Sementara itu, otoritas lokal dan peternakan umumnya membunuh dan mengubur hewan untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut. Namun sebagaimana dilaporkan NHK, upaya tersebut kini terhambat gegara Jepang mulai kekurangan lahan untuk tempat mengubur ayam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jepang telah bergulat dengan rekor wabah flu burung dalam beberapa bulan terakhir, membebani pasokan unggas dan membuat harga telur melonjak.
Kini, terdapat lebih dari 17 juta ayam telah dimusnahkan, menjadi jumlah tertinggi yang tercatat. Jepang sebelumnya membantai hampir 9,9 juta ekor ayam pada 2020 karena krisis flu burung lainnya, rekor tertinggi terakhir.
Dalam sebuah laporan bulan ini, Rabobank melaporkan harga telur global telah mencapai level tertinggi dalam sejarah pada kuartal pertama 2023. Ia menyoroti, wabah flu burung di berbagai negara telah berimbas pada biaya pakan yang menjadi lebih tinggi untuk ayam.
Pada pertengahan 2020 hingga pertengahan 2022, harga pakan global naik dua kali lipat, sebagian besar disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Situasi tersebut mendorong beberapa orang di seluruh dunia untuk membeli ayam sendiri untuk mengamankan persediaan bahan pokok dapur.
Rabobank lebih lanjut melaporkan, harga telur mencapai level tertinggi dalam 10 tahun terakhir, dengan harga 235 yen atau sekitar Rp 27 ribu bulan lalu.
"Harga di banyak pasar lain juga telah mencapai rekor tertinggi, termasuk di Thailand, Filipina, Israel, Selandia Baru, Nigeria, Kenya, Brasil, Meksiko, dan Argentina," lapornya, dikutip dari CNN, Sabtu (8/4).
(vyp/vyp)











































