Johnson and Johnson (J&J) menghadapi ribuan tuntuan hukum yang menduga produk bedaknya sebagai penyebab kanker.
Tuntutan hukum tersebut mengklaim bahwa produk bedak 'talc' dari J&J telah mengakibatkan sejumlah konsumen mengalami kanker ovarium atau mesothelioma.
Kanker jenis ini adalah kanker yang tergolong agresif sehingga dapat mempengaruhi bagian tubuh lainnya, seperti lapisan paru-paru, perut, bahkan jantung.
Berikut adalah fakta-fakta seputar babak baru kasus tuduhan produk bedak bayi Johnson & Johnson yang diduga memicu penyakit kanker.
1. Bukti Dari Dokumen Internal
Dokumen internal menunjukkan bahwa bedak tabur perusahaan tersebut terkadang tercemar asbes karsinogenik dan informasi ini disimpan oleh perusahaan dari regulator dan publik.
Hasil investigasi oleh kantor berita Reuters pada 2018 mengklaim bahwa J&J tahu selama beberapa dekade bahwa terdapat kandungan asbes dalam produk bedaknya.
Catatan internal perusahaan, kesaksian persidangan, dan bukti lain menunjukkan bahwa setidaknya dari tahun 1971 hingga awal 2000-an, beberapa bedak mentah dan bubuk jadi dari J&J terbukti positif mengandung asbes dalam jumlah kecil.
2. Tanggung Jawab J&J
Menanggapi tuntutan dari 38 ribu orang penyintas kanker yang mengaku menjadi korban dari produknya, Johnson & Johnson menyetujui untuk memberikan pertanggungjawaban sebesar USD 8,9 miliar.
Meski memberikan ganti rugi bagi para penuntut, Johnson & Johnson menyebut miliaran dolar yang dialokasikan itu bukanlah pengakuan kesalahan atau indikasi bahwa bedak mereka benar memicu kondisi tersebut.
"Perusahaan terus percaya bahwa klaim ini palsu dan kurang ilmiah," kata Erik Haas, Wakil Presiden Litigasi Sedunia di Johnson & Johnson.
Simak Video "Menyoal Kandungan Bedak Bayi yang Disebut Pemicu Kanker"
(naf/naf)