Mengantuk akibat kurang tidur bisa dialami siapa saja, terlebih pada masa-masa puasa. Selain mempengaruhi dalam menjalani kegiatan sehari-hari, rasa kantuk akibat kurang tidur ini juga bisa berdampak pada keselamatan kala berkendara.
Terkait hal tersebut, dr Andreas Prasadja, RPSGT, dokter spesialis kesehatan tidur Snoring Sleep Clinic RS Mitra Kemayoran menjelaskan lebih lanjut bahaya dan dampak dari kurang tidur.
"Ini juga berkaitan dengan keselamatan. Di minggu pertama bulan puasa data kepolisian selalu menunjukkan bahwa banyak sekali kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian," ujar dr Ade, sapaannya, ketika dihubungi detikcom, Selasa (28/3/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah satu-satunya penyebab kelalaian apa? Ngantuk, nggak ada lagi. Kurang tidur, karena kemampuan berkendara, konsentrasi, daya ingat, refleks menghindar, itu cuma dibangun pada saat tidur," lanjut dr Ade.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pola tidur menjadi faktor yang sangat penting di masa-masa mudik dan lebaran. Menurut dr Ade, mengatur pola tidur dan mempersiapkan diri harus dilakukan dari jauh-jauh hari.
"Nanti mudik nih udah banyak yang mau berkendara, musti harus persiapkan dari sekarang supaya tidurnya diusahakan secukup mungkin. Karena berkendara di kondisi mengantuk itu akan lebih berbahaya dibandingkan kondisi mabuk," tuturnya.
"Jadi perjalanan mudik biar selamat, udah mulai nabung tidur dari sekarang, cukup tidur dari sekarang. Jangan cukup tidurnya nanti udah deket-deket mau mudik, udah deket-deket lebaran," katanya.
Dalam mengatur ulang pola tidur, dibutuhkan waktu untuk tubuh bisa menyesuaikan diri dengan waktu tidur yang baru. Menurut dr Ade, pada umumnya dibutuhkan waktu kurang lebih satu minggu untuk bisa terbiasa dengan pola tidur yang baru.
"Satu minggu itu waktu yang diperlukan kira-kira untuk tubuh kita adjustment dengan pola tidur yang baru. Selebihnya ya dengan pola tidur yang baru disarankan dicukupi sebagai persiapan," pungkasnya.
(up/up)











































