Kisah Bayi Pertama di Dunia Lahir dari 'Robot Sperma', Begini Awal Mulanya

Round Up

Kisah Bayi Pertama di Dunia Lahir dari 'Robot Sperma', Begini Awal Mulanya

Celine Kurnia - detikHealth
Jumat, 28 Apr 2023 06:26 WIB
Kisah Bayi Pertama di Dunia Lahir dari Robot Sperma, Begini Awal Mulanya
Foto: Getty Images/iStockphoto/Jian Fan
Jakarta -

Dua bayi pertama yang proses pembuahannya dilakukan 'robot sperma' berhasil lahir dengan serangkaian prosedur. Dilakukan di New Hope Fertility Center, New York, para ahli meyakini kemajuan teknologi dalam prosedur ini dapat menurunkan biaya bayi tabung (IVF) hingga ribuan dolar AS.

Dikutip dari Mayo Clinic, fertilisasi In vitro atau IVF adalah rangkaian prosedur yang berguna untuk membantu kesuburan, mencegah masalah genetik, dan membantu pembuahan anak.

Prosedur IVF dilakukan dengan mengambil sel telur matang dari ovarium, lalu dibuahi dengan sperma di laboratorium. Setelah terjadi pembuahan, embrio dipindahkan ke dalam rahim. Sel telur dan sperma yang digunakan dapat berasal dari pasangan atau pendonor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prosedur Pembuahan dengan 'Robot Sperma'

MIT Technology Review melaporkan prosedur itu dilakukan oleh beberapa insinyur asal Barcelona, Mereka menggunakan robot penyuntik sperma dan merakit jarum mekanis, mikroskop, cawan petri kecil, dan laptop.

Salah satu insinyur menggunakan pengontrol Playstation 5 untuk memposisikan jarum dari robot penyuntik sperma. Sambil mengendalikan jarum dari jarak jauh dan memperhatikan sel telur melalui kamera, robot bergerak maju dengan sendirinya, menembus sel telur dalam cawan petri, lalu melepaskan sebuah sperma. Secara keseluruhan, robot itu digunakan untuk membuahi lebih dari satu lusin sel telur.

ADVERTISEMENT

Hasil dari prosedur tersebut adalah dua embrio sehat. Kini, kedua embrio tersebut lahir sebagai bayi perempuan. Keduanya di klaim sebagai bayi pertama yang lahir setelah pembuahan oleh robot.

"Saya tenang. Tepat pada saat itu, saya berpikir 'Ini hanya satu eksperimen lagi," kata Eduard Alba, mahasiswa teknik mesin yang terlibat dalam proses penyuntikkan sperma.

"Ini liar, bukan? Sampai sekarang (kehamilan) selalu dilakukan secara manual," kata salah satu ayah bayi yang tidak ingin disebutkan namanya.

Bertujuan Meringankan Biaya IVF

Overture Life, perusahaan rintisan yang mengembangkan robot tersebut mengatakan perangkatnya merupakan langkah awal untuk mengotomatiskan prosedur IVF dan berpotensi membuatnya lebih murah dan lebih umum dibandingkan saat ini.

Santiago Munné, kepala ahli genetika yang mengembangkan robot sperma mengatakan teknologi ini dapat memudahkan pasien agar tidak perlu pergi ke klinik kesuburan. Hal ini membawa manfaat besar karena satu program kehamilan dapat menelan biaya hingga 20 ribu dolar AS atau setara Rp 294 juta.

"Pikirkan sebuah kotak di mana sel sperma dan sel telur masuk, lalu embrio keluar lima hari kemudian," kata Munné.

"(IVF) harus lebih murah. Jika ada dokter yang bisa melakukannya, itu akan terjadi," sambungnya.

Munné percaya proses pembuahan di masa depan dapat diotomatisasi dan dilakukan oleh seorang ginekolog. Sel telur mungkin dimasukkan ke dalam sistem kesuburan otomatis oleh ginekolog. Namun, Munné tidak merinci jumlah sel telur yang akan ditanam dan diambil dalam proses itu.

Alan Murray, salah satu pendiri Conceivable Life, memperkirakan rata-rata biaya bayi IVF di AS sebesar 83 ribu dolar AS atau sekitar Rp 1,2 triliun. Jumlah tersebut dengan mempertimbangkan upaya yang gagal, obat kesuburan yang mahal, dan prosedur medis yang sebagian besar tidak ditanggung oleh rumah sakit.

Tujuan perusahaannya adalah menurunkan biaya sebanyak 70 persen. Untuk melakukannya, perusahaan berencana meningkatkan tingkat keberhasilan dan mengurangi harga prosedur dengan bantuan robot penyuntik sperma.

Setiap tahun, sekitar 500 ribu bayi dilahirkan melalui IVF di seluruh dunia, tetapi sebagian besar pasutri yang menjalani program kehamilan tidak dapat membayarnya atau tidak memiliki akses ke obat kesuburan.

"Tantangannya adalah bahwa negara-negara kaya dan eksentrik yang luar biasa ini dapat melakukannya, tetapi seluruh dunia tidak dapat melakukannya. Tetapi mereka telah menunjukkan kebutuhan manusia yang sebenarnya," ungkap Murray.

Sikap Skeptis Para Ahli Terhadap Penggunaan 'Robot Sperma'

Tidak semua ahli kesuburan setuju bahwa penggunaan robot dapat menurunkan biaya IVF saat ini. Beberapa dari mereka bersikap skeptis karena prosedur dengan robot tidak mampu mengatasi penuaan sel telur. Ini adalah masalah dan penyebab utama gagalnya perawatan kesuburan.

Rita Vassena, penasihat untuk Conceivable Life mengatakan bidang tersebut memiliki sejarah dalam memperkenalkan inovasi tanpa meningkatkan angka kehamilan secara signifikan. Menurutnya, penggunaan robot hanya kemajuan teknologi, bukan upaya nyata menurunkan hambatan perawatan kesuburan dan program kehamilan.

Zev Williams, direktur klinik kesuburan Universitas Columbia tidak yakin robot dapat menggantikan ahli embriologi dalam waktu dekat.

"Anda mengambil sperma, memasukkannya ke dalam sel telur dengan trauma minimal, sehalus mungkin," kata Williams.

"Manusia jauh lebih baik daripada mesin," lanjutnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Dokter Urologi Sebut Kualitas Sperma Laki-laki Menurun di Tahun 2000-an"
[Gambas:Video 20detik]
(Celine Kurnia/vyp)
Robot Sperma
4 Konten
Pertama kalinya di dunia, dua bayi perempuan lahir dari pembuahan yang dilakukan 'robot sperma'. Penemuan ini bertujuan meringankan biaya prosedur bayi tabung yang mencapai ribuan dolar AS atau setara triliunan rupiah.

Berita Terkait