Produk mi instan Indomie varian Rasa Ayam Spesial ditarik di Taiwan gegara ketahuan mengandung etilen oksida melebihi batas. Senyawa tersebut diketahui bersifat karsinogenik atau dapat memicu kanker.
Penarikan tersebut dilakukan setelah pihak Departemen Kesehatan Taipei melakukan inspeksi acak terhadap 30 produk mi instan tahun 2023 di supermarket, supermarket, toko, pasar tradisional, toko makanan Asia Tenggara, toko penjualan umum, dan importir grosir.
Selain Indomie, mereka juga menemukan senyawa serupa pada produk mi Instan Ah Lai White Curry Noodles asal Malaysia. Kedua produk tersebut segera ditarik dari rak-rak toko, sesuai perintah dari Kementerian Kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada bumbu mi instan produk Indonesia, ditemukan mengandung 0,187mg/kg etilen oksida. Sedangkan pada saus mi instan dari Malaysia, ditemukan sebanyak 0,065mg/kg etilen oksida.
Dalam kesempatan terpisah, pihak PT Indofood menegaskan, produk-produknya di Indonesia telah memenuhi standar internasional terkait keamanan makanan. Juga disebutkan, pihaknya telah mengekspor produk mi instan ke berbagai negara selama lebih dari 30 tahun. Perseroan selalu memastikan seluruh produknya telah sesuai peraturan dan pedoman keamanan pangan yang berlaku di Indonesia maupun di negara lain.
"Semua mi instan yang diproduksi oleh ICBP di Indonesia diproses sesuai dengan standar keamanan pangan dari Codex Standard for Instant Noodles dan standar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI)," terangnya melalui laman resmi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Jumat (28/4/2023).
"Mie instan kami telah mendapatkan Sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI), dan diproduksi di fasilitas produksi bersertifikat berdasarkan standar internasional," sambungnya.
NEXT: Warga Indonesia Masih Boleh Makan Indomie
Nasib Indomie di Indonesia
Menanggapi kasus tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) menyebut produk Indomie dengan varian serupa masih aman dikonsumsi di Indonesia. Pasalnya kadar 2-CE yang terdeteksi pada sampel mie instan di Taiwan (0,34 ppm) masih jauh di bawah BMR 2-CE di Indonesia dan di sejumlah negara lain, seperti Amerika dan Kanada.
"Dengan demikian, kadar yang terdeteksi pada sampel mi instan di Taiwan (0,34 ppm) masih jauh di bawah batas maksimal residu di Indonesia dan di sejumlah negara lain, seperti Amerika dan Kanada. Oleh karena itu, di Indonesia produk mi instan tersebut aman dikonsumsi, karena telah memenuhi persyaratan keamanan dan mutu produk sebelum beredar," terang BPOM melalui keterangan tertulis yang diterima detikcom Kamis (27/4).
Pakar farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Zullies Ikawati menjelaskan, kandungan etilen oksida pada produk mi instan sebenarnya hanya bersifat sisaan (residu), bukan ditambahkan secara langsung misalnya untuk mengubah rasa atau mengawetkan.
Kandungan etilen oksida pada produk mi instan sebenarnya sangat kecil. Namun memang jika kadarnya melebihi batas, dapat memicu risiko kanker.
"Makanya jumlahnya itu pun sebenarnya sangat kecil. Dan semua negara sepakat bahwa itu adalah bahan berbahaya atau karsinogen, maka ada batas maksimalnya," beber Prof Zullies dalam siaran detikPagi, Jumat (28/4).
"Sehingga artinya apa? Kalau di atas batas itu, ada kemungkinan potensi bahaya. Tetapi kalau sedikit saja, mungkin masih aman walaupun ada. Karena mungkin in certain level kita nggak bisa benar-benar menghilangkan sama sekali residunya," pungkasnya.
Simak Video "Video: Penjelasan Indofood soal Temuan Etilen Oksida di Indomie Soto Banjar"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)











































