Gelombang panas (heatwave) di India kini menjadi sorotan dunia. Di negara bagian Uttar Pradesch, suhu mencapai 46,1 derejat celcius. Hal ini juga memicu 300 kebakaran hutan di seluruh India.
Gelombang panas yang terjadi di India ini menimbulkan kekhawatiran. Pasalnya, penelitian terbaru menyebut bahwa India memiliki risiko bahaya yang lebih besar dibandingkan negara lain. Terlebih, peneliti menilai pemerintah masih menganggap remeh ancaman tersebut.
Karena gelombang panas, 90 persen negara India menjadi lebih rentan terhadap risiko masalah kesehatan masyarakat. Mulai dari sengatan panas, kekurangan makanan, hingga kematian. Tidak hanya itu, peneliti juga menilai bahwa gelombang panas yang terjadi di India dapat menghambat perekonomian dan tujuan pembangunan negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gelombang panas menyebabkan beban yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kesehatan masyarakat, pertanian, dan sistem sosial-ekonomi dan budaya. India saat ini menghadapi benturan berbagai bahaya iklim kumulatif," tulis peneliti Cambridge dikutip dari Grist, Selasa (25/4/2023).
Meski begitu, Departemen Meteorologi India (IMD) memperkirakan gelombang panas akan berhenti di sebagian besar wilayah India selama sisa bulan ini.
Dampak Gelombang Panas Tinggi
Gelombang panas yang terjadi di India membuat sekolah harus ditutup karena suhu di siang hari bisa mencapai 104 derajat F (40 derajat celcius) dalam beberapa hari berturut-turut.
Saking panasnya, aspal di jalanan kota Ahmedabad, India meleleh. Lonjakan merkuri yang terjadi mengakibatkan melelehnya aspal di jalan yang membentang sepanjang 200 meter menghubungkan jembatan Chandra Shekhar Azad ke Adajan Patiya di Surat.
Selain itu, gelombang panas menyebabkan 13 orang di India meninggal akibat heatstroke, yakni penyakit yang timbul akibat gelombang panas. Tercatat, kematian akibat gelombang panas di India telah mencapai 24 ribu orang sejak tahun 1992. Dampak ini diperkirakan akan terus memburuk seiring dengan semakin memburuknya juga frekuensi dan intensitas dari gelombang panas yang terjadi.
Penyebab Gelombang Panas di India
Bukan hanya di tahun 2023, pada tahun 2022 India mengalami cuaca terpanas sejak 122 tahun dan mengalami cuaca ekstrem sebanyak 242 hari dari total 273 hari pada rentang Januari hingga Oktober 2022.
Fenomena gelombang panas yang terjadi di India dan juga sejumlah negara lain disebut sebagai bagian dari dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem.
Dikutip dari siaran pers Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) mengenai Perkembangan Gelombang Panas di Asia 2023, 'heat wave' atau gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa yang berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih, sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia (WMO).
"Untuk fenomena cuaca termasuk sebagai kategori gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum. Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikategorikan sebagai gelombang panas," jelas BMKG dalam keterangan tertulis, Selasa (25/4).
Menurut BMKG, fenomena gelombang panas biasanya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari. Hal ini juga berkaitan dengan aktivitas gelombang Rossby di troposfer bagian atas.
"Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhu permukaan meningkat karena umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer. Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalilr masuk ke area tersebut," paparnya.
"Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area karena umpan balik positif antara daratan dan atmosfer, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut," lanjutnya.
(vyp/vyp)











































