Sedih dan Tak Semangat Pasca Libur Lebaran? Bisa Jadi Mengalami 'Post Holiday Blues'

Charina Elliani - detikHealth
Selasa, 02 Mei 2023 07:30 WIB
Ilustrasi malas bekerja (Foto: Getty Images/iStockphoto/PrathanChorruangsak)
Jakarta -

Perasaan sedih atau kecewa setelah suatu perasaan tertentu seperti lebaran dan libur panjang berakhir adalah perasaan yang seringkali timbul ketika harus kembali menjalankan rutinitas seperti biasa. Bahkan terkadang, perasaan ini membuat seseorang merasa emosi-emosi negatif dalam kurun waktu tertentu. Fenomena ini kerap disebut juga sebagai 'post holiday blues'.

"Menantikan sesuatu seperti masa liburan bisa membuat merasa semangat, namun ketika perayaan itu telah berlalu, rasa kehilangan semangat itu bisa terasa buruk," jelas Naomi Torres-Mackie, PhD, psikolog klinis dari Lenox Hill Hospital, dikutip dari Health.

'Post-holiday blues' didefinisikan seperti perasaan jangka pendek yang dialami seseorang setelah masa liburan, meliputi perasaan sedih, kesepian, lelah, lesu, kecewa, dan tekanan mental.

"Masa-masa perayaan seringkali memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memfokuskan energi mereka pada kegiatan, seperti menghias, memasak, merencanakan sesuatu, dan bertukar hadiah," ujar Nicole Hollingshead, PhD, psikolog dari The Ohio State University Wexner Medical Center.

"Setelah masa perayaan ini berakhir, seseorang bisa merasa kehilangan arah atau merasa kosong tanpa memiliki aktivitas yang tertuju pada tujuan tertentu dan bisa membuat mereka fokus," tambahnya.

Timbulnya perasaan ini juga bisa dipicu oleh berbagai faktor dan setiap orang bisa memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Perasaan ini bisa dipicu karena faktor perayaan itu sendiri, seperti ekspektasi yang sangat besar, mengingatkan pada orang-orang tertentu, dinamika keluarga yang rumit, dan beban finansial.

Post holiday blues ini juga bisa timbul ketika seseorang sangat menikmati perayaan atau liburan yang ia lalui. Sebab, perasaan senang itu bisa meningkatkan produksi hormon dopamin dan seratonin, dua hormon yang dikenal sebagai hormon 'perasaan baik'. Sehingga, ketika masa liburan ini berakhir, maka berakhir juga momen-momen yang bisa memicu timbulnya perasaan baik tersebut.

Rasa lelah dari merayakan dan melakukan perjalanan untuk merayakan, seperti mudik, juga bisa memicu timbulnya perasaan-perasaan buruk setelah masa liburan ini berakhir. Tak hanya itu, perubahaan cuaca, kurangnya sinar matahari, menurunnya kegiatan fisik, dan meningkatnya waktu sendiri juga bisa memicu perasaan ini.

Meski fenomena post holiday blues ini adalah suatu hal yang umum dialami, Torres-Mackie menyorot adanya kemiripan gejala antara kondisi depresi dan fenomena post holiday blues ini.

"Depresi umumnya membuat perasaan buruk pada sebagian besar hari dalam periode waktu setidaknya dua minggu atau lebih. Sedangkan post holiday blues umumnya akan lebih sebentar dan tidak terlalu menganggu kegiatan sehari-hari. Perasaan ini juga spesifik terjadi pada masa-masa perayaan atau liburan tertentu," jelas Torres-Mackie.

Ketika perasaan buruk yang timbul mulai menganggu kegiatan sehari-hari, seperti membuat sulit untuk bangun dari ranjang, sulit melakukan pekerjaan atau pergi ke sekolah, sulit untuk keluar dari rumah, sulit untuk bertemu dengan orang, maka bisa menjadi tanda bahwa perasaan ini bisa mengarah pada gangguan kesehatan mental yang lain dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan tenaga profesional.

NEXT: Cara Mengatasi 'Post Holiday Blues'




(kna/kna)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork