Biaya Membesarkan Anak Selangit, Warga Korsel Makin Ogah Punya Bayi

Biaya Membesarkan Anak Selangit, Warga Korsel Makin Ogah Punya Bayi

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Rabu, 03 Mei 2023 10:01 WIB
Biaya Membesarkan Anak Selangit, Warga Korsel Makin Ogah Punya Bayi
Foto: Getty Images/JUNG YEON-JE
Jakarta -

Korea Selatan menjadi negara termahal di dunia untuk membesarkan anak. Hal ini meningkatkan kekhawatiran tentang penurunan angka kelahiran di negara tersebut di tengah krisis demografi.

Dengan tingkat kelahiran terendah di dunia, Korea Selatan menghadapi bencana demografi dan ekonomi yang membayangi. Pada 2022, rata-rata jumlah bayi yang diharapkan per wanita Korea Selatan turun menjadi 0,78, turun dari rekor terendah sebelumnya sebesar 0,81 pada tahun sebelumnya.

Tingkat kelahiran di negara maju yang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas populasi biasanya sekitar 2,1.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk membalikkan tren, pemerintah pusat dan daerah Korea Selatan berebut untuk memberikan pembayaran dan manfaat lain kepada siapa saja yang melahirkan anak.

Sejak 2022, para ibu telah menerima pembayaran tunai sebesar 2 juta won atau Rp 21 juta setelah melahirkan seorang anak. Keluarga menerima 700 ribu won atau Rp 7,6 juta per bulan untuk bayi hingga usia satu tahun dan 350 ribu won atau Rp 3,8 juta per bulan untuk bayi di bawah dua tahun.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya 200 ribu won atau Rp 2,1 juta per bulan disediakan untuk anak-anak hingga usia sekolah dasar, dengan pembayaran tambahan tersedia untuk rumah tangga berpenghasilan rendah dan orang tua tunggal.

Manfaat lainnya termasuk biaya pengobatan untuk ibu hamil, pengobatan kemandulan, layanan pengasuhan anak dan bahkan biaya kencan.

Tetapi perihal mengeluarkan uang tunai dapat dengan cara apapun meringankan kesengsaraan demografis Korea Selatan masih belum jelas.

Cho Joo-yeon, seorang juru bahasa Korea berusia 39 tahun di Seoul yang telah menikah selama 10 tahun, mengatakan memiliki anak tidak pernah menjadi pilihan baginya dan bahwa dukungan pemerintah sebesar apa pun tidak akan mengubah pikirannya.

"Memiliki anak akan menjadi tanggung jawab yang sangat besar karena dasarnya adalah bagaimana orang tua saya membesarkan saya, yang merupakan standar besar untuk dijalani," kata Cho kepada Al Jazeera.

"Saya tidak pernah ingin menjadi orang hamil. Saya tidak akan mengorbankan karir saya untuk seorang anak," ungkapnya.




(kna/kna)

Berita Terkait