Beberapa waktu terakhir, cuaca siang hari di Jakarta sedang panas-panasnya berbeda pada hari-hari biasanya. Bahkan, sejumlah wilayah mengalami suhu tinggi, salah satunya Ciputat, Tangerang Selatan, Banten yang suhunya mencapai 37,2 derajat celcius. Hal ini tentu menyorot kepada kesehatan kulit yang terpapar sinar UV berlebih.
Dikemukakan oleh dr. Fitria Amalia Umar, SpKK, MKes selaku Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, bahwa terpapar sinar matahari yang dibagi menjadi dua bagian, yakni UVA dan UVB berlebih yang bisa menyebabkan kanker kulit.
"Kalau kanker kulit adalah faktor utamanya adalah paparan sinar matahari. Di mana paparan sinar matahari dibagi menjadi UVA dan UVB yang bisa menyebabkan kanker kulit. Kalau dulu dibilang UVB yang paling bahaya buat kanker, tapi UVA juga bisa menyebabkan kanker walaupun dengan mekanisme yang berbeda. Kalau terjadi akumulasi dan terus menerus kita terpapar matahari dalam jangka waktu yang lama tanpa proteksi, itu bisa meningkatkan risiko kanker kulit," ungkapnya dalam program e-Life pada Jumat (05/05/2023)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyakit kanker kulit sendiri memiliki tiga jenis, yakni Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel Skuamosa, dan Melanoma Maligna. Diungkapkan oleh dr. Amel, sapaannya, bahwa Karsinoma Sel Basal dan Karsinoma Sel Skuamosa adalah jenis kanker yang angka penyembuhannya lebih tinggi dibandingkan Melanoma Maligna, jenis kanker yang menyerupai tahi lalat.
"Biasanya secara awam memang agak sulit dibedakan (dengan tahi lalat) kecuali memang sudah fase akhir. Tapi untuk fase awal, melanoma itu seperti tahi lalat pada umumnya. Ada perubahan warna, yang tadinya warna hitam jadi ada warna coklatnya bahkan warna kuningnya, pokoknya yang tidak biasa dari sebelumnya," jelasnya.
"Kita bisa lihat juga dari asimetris. Misalnya bentuk sebelumnya bulat, kok sekarang jadi lebih bergerigi, mudah berdarah kalau kegesek, kemudian tepinya tidak mulus lagi seperti sudah ada penyebaran ke samping-sampingnya, itu juga adalah salah satu risiko ada kemungkinan ke arah keganasan. Tapi ini semua tetap harus diperiksa secara detail ke dokter kulit," tutupnya.
(mjt/mjt)










































