.webp)
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat kenaikan kasus sifilis di Indonesia, termasuk pada anak. Hal ini dipicu oleh minimnya pengobatan yang dilakukan pada ibu hamil.
Sejauh ini, persentase pengobatan dari total kasus sifilis pada ibu hamil, hanya berkisar 40 persen. Sebagian besar sisanya yakni 60 persen tidak menjalani pengobatan yang berimbas pada kecacatan anak saat lahir, hingga bisa berujung fatal.
Dokter spesialis anak dr Andy Setiawan, SpA, menjelaskan anak yang terinfeksi sifilis bisa mengalami berbagai gejala. Mulai dari gangguan pendengaran, kelainan pada batang hidung, hingga gangguan pada otaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam penjelasannya, ia menyebut anak yang terinfeksi masih bisa disembuhkan. Namun, sang anak akan mengalami kecacatan seumur hidup.
"Kalau sudah terjadi, si anak yang terkena sifilis, dia akan cacat seumur hidup," jelas dr Andy saat ditemui di Jakarta Utara, Rabu (10/5/2023).
"Infeksinya masih bisa sembuh, tetapi cacat yang sudah terjadi tidak bisa diapa-apakan lagi," lanjut dia.
Maka dari itu, dr Andy mengingatkan agar para ibu hamil harus memeriksakan diri di awal kehamilannya. Ini untuk mencegah terjadinya penularan penyakit berbahaya, seperti sifilis ini pada anak.
Namun, jika anak yang lahir positif terinfeksi sifilis, harus segera ditangani.
"Jika ada anak yang lahir dengan sifilis, harus segera ditangani dan diobati. Hal ini mencegah terjadinya risiko yang lebih fatal akibat infeksi tersebut," pungkasnya.
(sao/naf)
