Petaka Pria yang Permak Alat Vital hingga Habiskan Rp 237 Juta, Mr P Malah Bengkok

Seorang pria di Amerika Serikat bernama Matt merasa sangat menyesal setelah melakukan prosedur untuk membesarkan dan memperbaiki bentuk alat vitalnya. Ia nekat melakukan itu karena merasa tidak suka dengan bentuk penisnya yang bengkok dan membuat pasangannya kesakitan saat berhubungan.

Bercerita kepada The Insider, pada September 2019, Matt terbang ke Los Angeles untuk melakukan implan penis Penuma ke Dr James Elist. Prosedur rawat jalan singkat, biasanya berlangsung 45 sampai 60 menit.

Biayanya antara $16.000 dan $18.000 atau sekitar Rp 237 juta sampai Rp 267 juta, tergantung pada dokter, dan tidak ditanggung oleh asuransi. Pasca operasi Matt juga menjalani perintah ketat Elist untuk tidak seks, masturbasi, dan menggunakan bungkus kompresi yang pas di sekitar penis.

Namun, beberapa minggu pasca operasi pria berusia 40-an itu merasakan sakit dan pembengkakan luar biasa pada penisnya. Kondisi itu disertai dengan seroma, yakni cairan yang terkumpul di bawah kulit.

Matt juga melihat penisnya terlihat lebih bengkok dari sebelumnya, bahkan lebih parah.

"Seperti kulit jeruk di bawah sinar matahari. Aku harus berjuang ekstra ke toilet untuk buang air kecil," katanya pada Insider.

Merasa sakit yang dialaminya tidak kunjung sembuh Matt kembali ke kantor Elist sekitar 5 bulan kemudian, sekitar Februari 2020, untuk melepas implan. Tapi, komplikasi baru muncul lagi.

Saat itu, Elist menggunakan jaring poliester Covidien untuk menahan implan di tempatnya. Akibatnya, jaringan parut muncul di atas penisnya yang menyempitkan aliran darah dan mencegahnya meregang serta mengembang.

Tak kunjung sembuh, Matt mencari perawatan ahli urolog lain dan menjalani tujuh prosedur pemasyarakatan yang mahal. Setelah berkali-kali melakukan prosedur perbaikan penis, kini bentuknya sudah lebih baik meski Matt menggambarkan implan alat vital yang dijalaninya di awal bak penyesalan terbesar.

"Sepertinya akhirnya kembali normal dan berfungsi dengan baik sekarang. Tapi butuh banyak uang dan keputusasaan bertahun-tahun untuk sampai ke sini," pungkasnya.