Kementerian Kesehatan RI menegaskan bahwa virus yang beredar di Bulan, Batam adalah demam babi Afrika atau african swine fever (ASF). Virus ini tidak termasuk dalam kelompok virus influenza sehingga berbeda dengan flu babi atau swine flu yang dipicu oleh virus H1N1, H1N2, dan H3N2.
"African swine fever merupakan demam babi Afrika, disebabkan virus asfarviridae family (bukan virus influenza)," terang Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi detikcom, Senin (15/5/2023).
Saat ini, Kementerian Pertanian tengah mengupayakan isolasi wilayah agar virus tersebut tidak menyebar lebih luas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Virus demam babi Afrika ini diketahui bisa bertahan di permukaan dalam waktu yang cukup lama, termasuk pada daging olahan seperti sosis dan bacon, juga pada permukaan pakaian.
Mengenai hal tersebut, dr Nadia mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memilih daging untuk dikonsumsi. Terlebih, para pelaku industri dan peternak juga diimbau untuk memastikan produk yang dijual bebas dari hewan ternak yang terjangkit ASF.
"Edukasi nggak beli daging murah. Dan ke peternak dan penjual. Peternak harus memusnahkan hewan yang sakit," jelas dr Nadia.
Selain memperhatikan kualitas daging sebelum dikonsumsi, langkah pencegahan lain yang bisa dilakukan sebagai masyarakat awam adalah dengan mengolah daging yang dibeli dengan benar, yaitu memasak sampai benar-benar matang.
"Masak sampai matang, itu 'kan bisa membunuh bakterinya. Jadi jangan makan makanan setengah matang atau mentah," ujarnya.
NEXT: Tak disarankan mengonsumsi daging babi yang terinfeksi
Lebih lanjut, dokter hewan sekaligus penggiat kesejahteraan hewan dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN) drh Merry Ferdinandez, MSi, juga memberikan sejumlah tips aman dalam membeli dan mengonsumsi daging babi. Meski hingga kini belum ada bukti infeksi atau penularan pada manusia akibat memakan daging babi yang terinfeksi, ia tetap mengimbau masyarakat untuk selalu waspada.
"Kita sangat tidak sarankan (mengonsumsi daging terinfeksi). Karena memang risiko mungkin saat ini belum ada masuk tergolong dalam klasifikasi penyakit yang ditularkan dari konsumsi pangan, tapi bisa jadi ada mutasi-mutasi genetik lain yang mutasi penyakit mutasi mikroorganisme itu," ucap drh Merry.
"Itu yang kita khawatirkan jadi memang kalau untuk keamanan pangan sangat tidak disarankan mengonsumsi dari hewan yang terinfeksi," pungkasnya.











































