.webp)
Band papan atas Coldplay akan tampil untuk yang pertama kalinya di Indonesia dalam tur 'Coldplay Music of The Spheres World Tour Jakarta'. Konser tersebut rencana akan dilaksanakan pada 15 November 2023, sedangkan penjualan tiket akan dilakukan mulai hari ini, 17 Mei 2023.
Kedatangan Coldplay ke Indonesia menjadi kabar besar untuk para penggemarnya. Band asal Inggris tersebut bahkan juga menjadi bahan omongan dari orang-orang yang bukan penggemarnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, banyak fans Coldplay meminta orang-orang yang FOMO untuk tidak ikut-ikutan berebut membeli tiket. Dengan begitu, orang yang menonton konser Coldplay adalah orang-orang yang benar menggemari musiknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait dengan FOMO atau Fear of Missing Out, hal tersebut merupakan kondisi di mana seseorang ketakutan untuk tertinggal akan hal baru atau sesuatu yang sedang menjadi trending. Misalnya pada tren pakaian, tren musisi, hingga tren makanan.
"Fenomena FOMO sendiri adalah fenomena sosial di mana belakangan ini tren yang singkatan dari Fear of Missing Out. Kuncinya adalah perasaan takut tertinggal akan sesuatu," ujar psikolog Anastasia Sari Dewi ketika dihubungi oleh detikcom.
Ia melanjutkan kondisi FOMO bisa disebabkan oleh eksistensi di tengah lingkungan sosial. Selain itu, hal ini juga bisa didasari keinginan untuk bergabung dalam kelompok tertentu agar bisa mudah diterima.
"Atau mungkin ada keinginan juga kalau orang lain memandang dia, lebih tahu gitu tentang fenomena itu juga memiliki pengalaman lebih banyak. Jadi semacam eksistensi lah ya," kata Sari menambahkan.
Selain soal eksistensi di tengah kehidupan sosial, konformitas juga bisa menjadi salah satu faktor seseorang menjadi FOMO. Konformitas merupakan sesuatu hal yang dilakukan secara bersama-sama oleh banyak orang.
Karena dilakukan bersamaan oleh banyak orang, sesuatu hal bisa berubah menjadi sesuatu yang umum, seakan menjadi sebuah kewajiban untuk dilakukan.
"Konformitas juga berpengaruh di sini, di mana ada sesuatu yang dilakukan oleh lebih banyak orang, secara bersama-sama," jelas Anastasia.
"Di satu situasi tertentu itu membuat orang, kalau di lingkungan sosial itu menjadi sesuatu yang wajar, yang umum, yang seolah-olah menjadi wajib dilakukan padahal itu tidak," pungkasnya.
(avk/kna)
