Ternyata Ini Biang Kerok Gelombang Panas Ekstrem di Asia

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Kamis, 18 Mei 2023 15:34 WIB
Biang kerok panas ekstrem di Asia. (Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto)
Jakarta -

Gelombang panas tengah membakar beberapa bagian Asia Selatan pada April 2023 ini. Para ilmuwan mengungkapkan ini setidaknya 30 kali lebih mungkin disebabkan oleh perubahan iklim.

Temuan ini diungkapkan oleh studi cepat dari para ilmuwan internasional yang tergabung dalam World Weather Attribution. Di stasiun pemantauan yang ada di beberapa bagian India, Bangladesh, Thailand, dan Laos pada bulan lalu, tercatat suhunya mencapai 45 derajat celsius.

Suhu panas yang menyengat ini menyebabkan kematian, rawat inap yang meluas, jalan yang rusak, memicu kebakaran, hingga penutupan sekolah di wilayah tersebut. Di Thailand, suhu yang tinggi bercampur dengan kelembapan membuat beberapa bagian Thailand menjadi terasa di atas 50 derajat celsius.

Bahkan di beberapa wilayah di India, sebanyak 13 orang meninggal akibat panas saat menghadiri acara publik di luar ibu kota bisnis India, Mumbai. Di bagian lainnya, semua sekolah dan perguruan tinggi juga ditutup selama seminggu akibat suhu yang panas.

Biang Kerok Suhu yang Terasa Mendidih

Untuk mengetahui penyebab cuaca ekstrem itu, World Weather Attribution menggunakan model agar bisa menentukannya dengan cepat. Hasilnya, ditemukan bahwa suhu setidaknya dua derajat celsius lebih panas di wilayah tersebut karena adanya perubahan iklim.

Jika suhu rata-rata global mencapai dua derajat celsius lebih hangat dibandingkan di akhir tahun 1800-an, gelombang panas yang terjadi pada April lalu bisa terjadi setiap satu atau dua tahun di India dan Bangladesh. Saat ini, suhu dunia sekitar 1,1 hingga 1,2 derajat celsius lebih hangat daripada masa pra-industri.

"Kami melihat berulang kali bahwa perubahan iklim secara dramatis meningkatkan frekuensi dan intensitas gelombang panas, salah satu peristiwa cuaca paling mematikan yang pernah ada," kata Friedrike Otto, ilmuwan iklim senior di Imperial College London dan salah satu penulis studi tersebut, dikutip dari AP News, Kamis (18/5/2023).

NEXT: Solusi untuk Mengatasi Panas Ekstrem



Simak Video "Video: Respons WHO soal Musibah Banjir di Asia Termasuk di Indonesia"

(sao/naf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork