Amerika Serikat belakangan digemparkan oleh narkoba 'zombie' yang mewabah di kalangan pecandu. Para pemakainya menggabungkan obat penenang hewan yang disebut xylazine, atau populer disebut 'tranq' dengan obat-obatan terlarang seperti fentanyl dan heroin.
Campuran berbahaya ini dapat membuat tubuh penggunanya 'shut down' selama berjam-jam. Ketika tersadar, mereka akan mulai menyuntikan obat ini kembali ke dalam tubuhnya. Selain itu, obat ini juga menyebabkan luka terbuka yang tampak membusuk di kulit pengguna.
Kematian overdosis akibat penggunaan xylazine melonjak lebih dari 1.000 persen di AS bagian selatan antara tahun 2020 dan 2021. Penggunaan juga meroket hingga 750 persen di barat dan sekitar 500 persen di Midwest, menurut laporan intelijen yang dirilis tahun lalu oleh US Drug Enforcement Administration.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain xylazine, terdapat beberapa narkotika lainnya yang sempat menggegerkan publik lantaran memiliki efek layaknya zombie, mulai dari krokodil, flakka, hingga fentanil. Berikut ulasannya.
1. Krokodil
Krokodil adalah sebutan untuk desomorphine, obat semi-sintetik yang memiliki efek serupa dengan heroin dan morfin. Disebut semi-sintetik karena dibuat dalam proses kimia, tetapi dibuat dari obat, biasanya kodein, yang berasal dari opium poppy.
Penggunaan pertama desomorphine sebagai Krokodil dilaporkan di Rusia pada tahun 2003. Krokodil dianggap populer di antara orang-orang yang menyuntikkan narkoba di Rusia karena kodein tersedia tanpa resep dan langkanya heroin.
Krokodil pun dianggap lebih murah dibandingkan heroin. Kisaran harga krokodil hanya beberapa dolar dibandingkan dengan heroin yang berharga $20 atau sekitar Rp 299 ribu. Efek krokodil pun dianggap lebih kuat daripada morfin.
Meski murah, ada harga mahal yang harus dibayarkan para pecandu. Setiap kali obat ini disuntikan ke dalam tubuh, pembuluh darah pecah dan jaringan di sekitarnya mati, terkadang bahkan jatuh dari tulang dan menjadi potongan-potongan.
Kulit juga akan menjadi hijau dan membusuk di sekitar area yang terinfeksi. Masa hidup seorang pecandu pun hanya dua atau tiga tahun.
Selain di Rusia, penggunaan obat ini menyebar ke daratan Eropa, termasuk Inggris dan Ukraina, dan Amerika Serikat.
2. Flakka
Flakka adalah obat berbahaya yang berbentuk seperti garam mandi. Di jalan, obat ini biasa dikenal sebagai gravel atau kerikil. Flakka biasanya berwarna putih atau merah muda dan ditemukan dalam bentuk kristal.
Obat ini sudah sejak lama diproduksi di Cina, tetapi popularitasnya baru melambung sejak tahun 2013 di Amerika Serikat. Florida menjadi negara bagian yang pertama mengalami epidemi obat ini. Pada tahun 2015, obat ini pun mulai menyebar ke Midwest.
Flakka mensimulasikan efek tanaman khat yang tumbuh di Somalia dan Timur Tengah. Para ahli menyebut bahwa dalam dosis tinggi, obat ini dapat menyebabkan delirium akibat suhu tubuh naik hingga 40 derajat celcius. Obat ini juga dapat menyebabkan masalah jantung dan gagal ginjal yang mengancam nyawa.
Penggunaan flakka juga dapat menyebabkan seseorang bertindak agresif. Pada tahun 2016, seorang mahasiswa 19 tahun menikam pasangan suami istri dan kemudian menggerogoti wajah korban laki-laki. Pihak berwenang melaporkan bahwa pelaku sedang mabuk flakka.
NEXT: Fentanil dan Xylazine
3. Fentanil
Fentanil adalah opioid sintetik untuk meredakan nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran (analgesik). Fentanil menekan sistem saraf pusat (SSP) dan fungsi pernapasan, dikembangkan untuk mengobati rasa sakit yang hebat akibat penyakit seperti kanker.
Penggunaan fentanil dalam dosis kecil dapat berakibat fatal karena obat ini 50 kali lebih kuat dari heroin. Meskipun tidak memberikan efek 'zombie', fentanil dapat memberikan efek berbahaya jika dicampurkan dengan xylazine, heroin, kokain, dan metamfetamin.
Di Amerika Serikat, kematian akibat overdosis fentanil melonjak tiga kali lipat dari tren kasus di 2016-2021 per 2016, berada di 5,7 per 100 ribu naik menjadi 21,6 di 2021. Obat ini menjadi penyebab satu orang wafat setiap delapan menit.
Fentanil membanjiri AS dari Meksiko dan China dan relatif mudah diselundupkan melintasi perbatasan. Ini juga terbilang hemat biaya bagi dealer untuk mencampurkannya ke dalam persediaan mereka, yang menghemat uang mereka dan dapat memperpanjang atau meningkatkan pengalaman pengguna yang tinggi.
4. Xylazine
Xylazine adalah obat non-opioid yang digunakan sebagai obat penenang dan pelemas otot untuk hewan. Obat ini umumnya digunakan untuk membius kuda dan hewan ternak lainnya, bukan diperuntukan bagi manusia.
Xylazine dikembangkan pada tahun 1962 sebagai obat bius untuk prosedur kedokteran hewan. Uji coba pada manusia dibatalkan karena obat tersebut dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan tekanan darah rendah.
Beberapa ahli epidemiologi berteori bahwa selama pandemi, xylazine menjadi populer sebagai pengganti opioid yang murah dan mudah. Campuran obat ini pun hanya seharga Rp 225 ribu, dengan sekantong heroin seharga US$ 10 atau sekitar Rp 150 ribu ditambah dengan xylazine seharga US$5 atau sekitar Rp 75 ribu.
Penggunaan obat ini dapat menyebabkan seseorang memiliki luka terbuka yang membusuk dan seringkali harus membuatnya diamputasi.
Simak Video "Fakta-fakta Wabah Narkoba 'Zombie' di Afrika yang Bikin Geger"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)











































