Prosedur membekukan sel telur atau egg freezing sempat ramai dibicarakan. Sejumlah artis papan atas seperti Priyanka Chopra hingga Luna Maya melakukan prosedur ini demi mendapatkan keturunan.
Prosedur egg freezing, yang memiliki nama lain cryoreservation, merupakan salah satu teknologi preservasi fungsi reproduksi (fertility preservation). Menurut praktisi kesuburan RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof Dr dr Budi Wiweko, SpOG, Subsp. FER, MPH, teknologi ini sudah berkembang sejak 2005.
"Itu sebuah cabang dari kedokteran reproduksi yang memikirkan bagaimana seorang perempuan ataupun laki-laki, yang terancam fungsi reproduksinya, itu bisa tetap memiliki keturunan, dari genetiknya sendiri, baik sel telur maupun sperma," kata Prof Iko, sapaannya, dalam sesi bincang detikPagi, Senin (22/5/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prof Iko menuturkan, prosedur ini awalnya diperuntukkan bagi perempuan yang mengidap kanker. Ia menambahkan, kebanyakan pengidap kanker adalah perempuan yang memasuki usia subur atau di bawah 40 tahun.
"Di bawah 40 tahun, penderita cancer sangat tinggi. Contoh breast cancer (kanker payudara), kemudian leukemia, dan sebagainya," ujar Prof Iko.
Beberapa terapi untuk kanker seperti kemoterapi dan radiasi disebutnya berdampak pada fungsi reproduksi. Dampaknya, para perempuan penyintas kanker kerap kesulitan untuk punya anak.
"Oleh karena itu, berkembanglah fertility preservation," ucapnya.
Agar tetap punya peluang punya keturunan, pengidap kanker lalu membekukan sel telurnya sebelum menjalani kemoterapi atau terapi radiasi. Sel-sel telur diambil dari dalam tubuh lalu disimpan dalam suhu -110 derajat celcius.
"Pasca perempuan itu sembuh dari cancer, sehat kembali, dilakukan penanaman atau transplantasi indung telur, atau dilakukan teknologi reproduksi. Sehingga, bisa punya anak," sambungnya.
BACA JUGA
NEXT: Berkembang hingga muncul social egg freezing
Meski tujuan awalnya untuk membantu pasien kanker, dalam perkembangannya egg freezing dimanfaatkan juga untuk berbagai kondisi. Di antaranya sebagai berikut:
1. Pengidap kelainan genetik
Menurut Prof Iko, ada kondisi genetik yang menyebabkan seorang wanita memiliki sedikit jumlah sel telur. Salah satunya yaitu wanita yang mengidap sindrom turner.
Sindrom turner adalah sindrom langka yang hanya terjadi pada perempuan. Umumnya, perempuan memiliki 23 pasang kromosom X.
Namun pada pengidap sindrom ini, kondisi tersebut terjadi ketika salah satu kromosom X hilang atau rusak parsial.
Kondisi ini membuat pengidap sindrom turner tidak bisa bertumbuh sehat dan tidak dapat berumur panjang. Selain itu, Prof Iko menyebut pengidap sindrom ini juga memiliki sel telur yang sedikit.
"Dia menstruasi sekali kemudian langsung tidak menstruasi, atau bahkan tidak menstruasi sama sekali. Ini yang menjadi concern," kata Prof Iko.
2. Pengidap kista
Kista adalah sebuah kantong kecil jaringan yang berisi udara, cairan, atau zat lain. Kista rahim, khususnya endometriosis atau kista coklat dapat mengurangi jumlah sel telur.
"Sehingga, ini menjadi concern dan sel telurnya harus disimpan," tutur Prof Iko.
3. Perempuan yang menikah di usia lanjut
Kondisi lainnya yang membutuhkan egg freezing yaitu perempuan yang menikah pada usia lanjut atau advanced maternal age. Hal ini dikarenakan sel telur terus berkurang seiring bertambahnya usia.
4. Perempuan yang menunda punya anak
Ada kalanya, perempuan tidak mau buru-buru punya anak. Di sisi lain, umur biologis membuat fungsi reproduksinya menurun sehingga para perempuan tersebut harus membekukan sel telurnya di usia muda. Bukan karena ada masalah kesehatan, tetapi semata-mata hanya untuk menunda pernikahan atau memiliki anak.
Social egg freezing memungkinkan seorang perempuan tetap memiliki anak meskipun usia reproduktifnya sebenarnya sudah terlewati. Bahkan di luar negeri, seperti dituturkan Prof Iko, ada asuransi yang khusus membiayai kondisi social egg freezing yakni di Philadelphia, AS sejak 2019.
"Ini tentu menjadi sebuah breakthrough (terobosan) bagi pasangan-pasangan di usia muda, atau perempuan-perempuan yang usia muda, atau perempuan-perempuan yang ingin menunda pernikahan," kata Prof Iko.
Namun, social egg freezing masih menjadi isu kontroversial di sebagian negara. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan pembekuan sel telur dengan alasan ini.











































