Round Up

COVID-19 China Kembali Menggila, Diprediksi Bakal Ada 65 Juta Kasus Per Minggu

Averus Kautsar - detikHealth
Jumat, 02 Jun 2023 06:30 WIB
Situasi pandemi COVID-19 di China (Foto: AP Photo/Andy Wong)
Jakarta -

China baru-baru ini menjadi sorotan setelah pakar memprediksi puncak gelombang COVID-19 baru di negara itu bakal terjadi pada akhir Juni 2023. Bahkan diperkirakan jumlah kasusnya bisa mencapai 65 juta kasus per pekan.

Perkiraan spesialis penyakit pernapasan Zhong Nanshan Zhong tersebut memberikan gambar begitu besarnya efek dari COVID-19 subvarian Omicron terbaru, XBB. Varian tersebut ditengarai sebagai pemicu peningkatan kasus di seluruh China sejak akhir April.

Gelombang Baru akan Lebih Parah

Zhong memperkirakan gelombang baru yang muncul akan lebih parah bila dibandingkan dengan gelombang sebelumnya yang melanda China akhir tahun lalu hingga Januari.

Sebab, sejak beralih ke kebijakan 'hidup dengan virus' di awal Desember, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China berhenti memperbarui infeksi mingguan. Bahkan pelonggaran protokol yang mendadak itu menyebabkan 37 juta infeksi baru dalam sehari beberapa minggu kemudian.

Pada bulan Januari, para ahli meyakini bahwa hampir 80 persen dari 1,4 miliar penduduk China sudah terinfeksi dalam gelombang pertama.

Pada gelombang kedua semenjak April, data yang dibuat Zhon menunjukkan bahwa varian XBB diperkirakan menjadi penyebab 40 juta infeksi setiap minggu pada Mei, naik menjadi 65 juta pada Juni.

Data tersebut bertentangan dengan perkiraan pejabat kesehatan China bahwa gelombang telah memuncak pada bulan April. Di Beijing sendiri, jumlah infeksi baru yang tercatat antara 15 sampai 21 Mei meningkat empat kali lipat dalam empat minggu.

Mempersiapkan Vaksin Khusus

Karena kejadian ini, China lantas berusaha memperkuat gudang vaksin dengan imunisasi baru yang secara khusus menargetkan varian XBB. Regulator obat China sudah memberikan persetujuan awal untuk dua vaksin semacam itu, dengan tiga atau empat lainnya yang diperkirakan akan segera disetujui.

"Kami dapat memimpin secara internasional dalam mengembangkan vaksin yang lebih efektif," kata Zhong.

Adapun ahli epidemiologi Deakin University Australia Catherine Bennet mengatakan bahwa gelombang baru yang akan muncul nantinya dapat menguji keefektifan vaksin dan booster yang dimiliki oleh China.

Ia pun menambahkan bahwa vaksin yang diberikan pada masyarakat harus selalu diperbarui. Terutama pada masyarakat yang rentan akan infeksi COVID-19 dan orang tua.



Simak Video "Video Pakar: Flu Burung Picu Pandemi yang Lebih Parah Dibanding Covid-19"


(avk/suc)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork