Perkembangan teknologi membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk untuk urusan diet. Saat ini, muncul sejumlah aplikasi yang diklaim dapat menyusun program diet ideal dan instan bagi penggunanya.
Salah satunya adalah ChatGPT, aplikasi berbasis Artificial Intelligence (AI) yang disebut dapat memberikan saran-saran diet kepada penggunanya. Lewat aplikasi ini, pengguna dapat berinteraksi dengan chatbot yang akan memberikan saran-saran diet, mulai dari jadwal hingga menu diet yang dianjurkan sesuai preferensi yang diminta.
Mengutip dari berbagai sumber, ChatGPT adalah aplikasi chat yang diluncurkan pada 30 November 2022. Aplikasi ini dirancang untuk memiliki wawasan yang luas dan kemampuan belajar progresif. ChatGPT juga disebut mampu melakukan beragam tugas, mulai dari merancang proposal bisnis, membuat lirik lagu, menulis cerita dan puisi, melakukan coding, hingga mengerjakan tes dengan kemampuan di atas rata-rata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ChatGPT belakangan mendapat sorotan karena diklaim mampu menyusun program diet terpersonalisasi berdasarkan informasi yang diinput oleh penggunanya.
Pakar nutrisi sekaligus pendiri Real Life Nutritionist Miranda Galati mengungkapkan penggunaan ChatGPT memang dapat membantu dalam menentukan menu makanan bernutrisi untuk dikonsumsi sehari-hari.
"ChatGPT bisa sangat berguna untuk mencari ide makanan, membuat daftar belanjaan dan menambahkan makanan padat nutrisi ke dalam hidup Anda," ungkapnya, dikutip dari Health.com, Minggu (4/6/2023).
Miranda pun mengaku ChatGPT sangat bermanfaat bagi orang-orang yang ingin menambah variasi ke dietnya.
"Untuk orang sehat yang ingin menambah asupan nutrisi dan variasi pada dietnya, saya pikir (aplikasi) itu bagus," kata Miranda
Kendati demikian, Miranda mewanti-wanti kekurangan serta potensi bahaya menggunakan ChatGPT untuk menyusun program diet.
Wanti-wanti Pakar soal ChatGPT sebagai Penyusun Program Diet
Miranda meminta user ChatGPT berhati-hati ketika menggunakan aplikasi tersebut untuk menyusun program diet. Menurutnya, ChatGPT memiliki kekurangan fatal dalam memfilter saran yang diberikan kepada pengguna.
"ChatGPT bagus untuk mengumpulkan informasi, tapi dia tidak mampu memeriksa dan mengutip sumber-sumbernya," terangnya.
"Ini karena ChatGPT mengambil segala jenis informasi dari internet, sehingga Anda tidak tahu apakah informasi tersebut berasal dari sumber yang kredibel atau tidak," sambung Miranda.
Miranda menambahkan orang awam akan kesulitan untuk mengetahui apakah menu diet yang disarankan aman atau tidak.
"Orang awam akan kesulitan untuk memastikan menu diet yang disarankan betul-betul aman dan menyehatkan bagi dirinya. Di situ risiko terbesarnya," tuturnya.
Sementara itu, pakar nutrisi sekaligus pemilik Sound Bites Nutrition Lisa Andrews, MEd, RD, LD memaparkan bahaya lain dari penggunaan ChatGPT untuk menyusun program diet.
"Dia (ChatGPT) tidak bisa mengetahui riwayat diet untuk menyarankan perubahan pada pola diet Anda. Dia juga tidak bisa mengevaluasi makanan yang sudah Anda konsumsi," ungkapnya.
Di sisi lain, user bisa saja menggunakan ChatGPT untuk meminta menu diet yang sebenarnya tidak sesuai untuk dirinya.
"Misalnya, pengidap diabetes yang juga mengalami sakit ginjal. Bot tidak akan bisa mengidentifikasi hal tersebut dari menu diet yang diminta," ujarnya.
Lisa menegaskan peran pakar nutrisi tetap dibutuhkan untuk menentukan program diet yang sesuai dengan kebutuhan.
"Ahli nutrisi secara teliti akan mempertimbangkan riwayat kesehatan, kesehatan mental, preferensi makanan, gaya hidup, dan tujuan yang ingin dicapai. Mereka tidak hanya memberikan ide makanan dan bimbingan. Mereka akan membantu Anda untuk berkomitmen terhadap perubahan yang Anda lakukan untuk benar-benar meningkatkan kesehatan Anda dalam jangka panjang," pungkasnya.
(kna/kna)











































