DBD, atau istilah lainnya adalah Dengue Hemorrhagic Fever, merupakan kasus penyakit fatal yang disebabkan oleh nyamuk jenis Aedes. Spesies nyamuk ini banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Sementara di Indonesia sendiri, penelitian di National Center for Biotechnology Information tahun 2019 menyebutkan bahwa pulau Jawa paling banyak berkontribusi terhadap tingginya angka DBD setiap tahunnya.
Untuk mengenali apakah seseorang terjangkit penyakit DBD, ada beberapa gejala DBD yang bisa diteliti. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa gejala DBD yang umum ditemukan pada pasien.
Apa Itu DBD?
DBD atau demam berdarah dengue ialah kondisi penyakit lanjutan dari demam berdarah. Istilah lain untuk menyebut DBD adalah Dengue Hemorrhagic Fever. Berbeda dengan demam berdarah, gejala yang muncul pada pasien DBD lebih parah tingkatannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip dari U.S. Department of Health and Human Services, saat pasien menderita demam berdarah, biasanya 3-7 hari setelah demam mulai reda, mereka berpotensi mengalami gejala tingkat lanjut. Mulai dari sakit perut parah, muntah terus-menerus, perubahan suhu tubuh ekstrim (demam ke hipotermia), manifestasi hemoragik, hingga perubahan kondisi mental seperti mudah tersinggung, bingung, dan obtundasi.
Secara umum, WHO mengkategorikan DBD menjadi empat definisi yang berbeda, antara lain:
- Demam atau riwayat demam selama 2-7 hari
- Manifestasi hemoragik jenis apapun
- Trombositopenia (jumlah trombosit hanya ,100.000/mmm3)
- Terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular.
Saat ini, WHO masih terus melakukan evaluasi lanjutan untuk bisa mendefinisikan kasus demam berdarah dan DBD secara akurat. Sejauh ini, perbedaan yang paling jelas terlihat dari kedua penyakit tersebut dapat dilihat melalui kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah, alih-alih perdarahan.
Gejala DBD
DBD merupakan jenis infeksi virus yang mematikan, ditunjukkan oleh parahnya tingkatan gejala yang dialami pasien. Dikutip dari Cleveland Clinic, tanda-tanda DBD umumnya muncul dalam rentang waktu 24 hingga 48 jam setelah demam pasien berangsur menghilang.
Adapun gejala yang umum ditemukan pada pasien DBD antara lain:
- Sakit perut
- Sering muntah
- Terlihat darah di muntahan atau tinja
- Mimisan
- Gusi berdarah
- Tubuh mengalami kelelahan ekstrim
- Gelisah dan mudah marah
Pendapat dari U.S. Department of Health and Human Services terkait gejala pasien DBD pun tidak jauh berbeda. Berikut adalah gejala yang dialami oleh pasien DBD.
- Sakit perut yang parah
- Muntah tak kunjung berhenti
- Perubahan suhu ekstrim (dari demam ke hipotermia)
- Manifestasi hemoragik
- Perubahan kondisi mental menjadi mudah tersinggung, bingung, hingga obtundasi
- Syok dan gelisah
- Kulit jadi dingin dan lembab
- Nadi cepat melemah
- Penyempitan tekanan nadi (tekanan darah sistolik)
Jika gejala-gejala yang disebutkan terlihat pada orang terdekat, maka harus secepatnya dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif. Sebab, DBD bisa dibilang cukup fatal dan mematikan.
Deteksi Gejala DBD yang Diperhatikan Oleh Tenaga Medis
Merujuk pada website U.S. Department of Health and Human Services, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk mendeteksi pasien DBD.
- Mengevaluasi denyut jantung pasien, isi ulang kapiler, warna dan suhu kulit, volume nadi perifer, tekanan nadi, dan tekanan darah. Apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik, hal ini merupakan tanda terakhir yang hanya muncul ketika pasien mengalami syok
- Mencari bukti perdarahan pada kulit dan area tubuh lain
- Mencari bukti peningkatan permeabilitas kapiler, seperti efusi pleura, asites, dan hemokonsentrasi
- Mengukur dan mengecek pengeluaran urine
Perawatan Penyakit DBD
Karena penyakit DBD menunjukkan gejala yang lebih parah pada pasien, ada beberapa metode pengobatan intensif yang perlu diperhatikan oleh tenaga medis untuk diberikan dan dianjurkan kepada pasien.
- Pasien sangat dianjurkan untuk minum banyak cairan dan beristirahat penuh
- Pasien harus minum antipiretik untuk mengontrol suhu tubuh. Anak-anak penderita DBD lebih tinggi risikonya untuk mengalami kejang demam
- Hindari aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid lainnya untuk mencegah risiko perdarahan
- Pasien harus selalu dipantau status hidrasinya selama fase demam
- Mengedukasi pasien dan orangtua mengenai tanda-tanda dehidrasi serta meminta mereka untuk memantau output urine pasien
- Memberikan cairan IV jika pasien tidak memungkinkan untuk mentoleransi cairan secara oral
- Mempelajari status hemodinamik secara berkala dengan cara memeriksa detak jantung pasien, mengisi kapiler, tekanan nadi, tekanan darah, dan urine
- Melakukan penilaian hemodinamik, pengujian hematokrit awal, dan jumlah trombosit
- Memantau pasien terutama selama penurunan suhu terjadi. Masa kritis DBD sendiri dimulai ketika penurunan suhu, dan berlangsung setidaknya 24 hingga 28 jam lamanya.
(fds/fds)











































