.webp)
Bikin geger, balita tiga tahun di Samarinda, Kalimantan Timur dinyatakan positif metamfetamin. Bahkan awalnya, pihak keluarga sempat mengira si anak kesurupan.
Hal ini dikarenakan sejumlah gejala yang muncul seperti halusinasi, tidak bisa tidur selama dua hari, hingga tak nafsu makan.
"Gejalanya itu dia aktif, tidak mau diam, mulutnya ngoceh terus dan tidak mau tidur. Awalnya ibunya mikir anak ini kesurupan," beber Ketua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kalimantan Timur Rina Zainun kepada detikcom, Sabtu (10/6/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus bermula saat balita tersebut diberi air minum botol oleh tetangga dikarenakan anak merasa haus. Setelahnya, gejala mulai bermunculan hingga hasil tes urine di Rumah Sakit Jiwa Samarinda positif narkoba.
Menurut pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada Prof Zullies Ikawati, alasan anak bisa mengalami gangguan psikosis tersebut lantaran metamfetamin termasuk golongan yang mempengaruhi stimulan sistem saraf.
"Dan dapat mempengaruhi perilaku, efek yang bisa dtimbulkan antara lain gejala psikosis atau kejiwaan, seperti halusinasi, perubahan perilaku, ketakutan, lebih sensitif, atau agresif, termasuk jadi hiperaktif," kata dia saat dihubungi detikcom Minggu (11/6/2023).
Prof Zullies menyebut hal ini tidak akan memicu kefatalan jika balita tersebut segera mendapatkan penanganan. Namun, lain halnya jika dosis yang diberikan relatif tinggi.
"Jika dosisnya berlebih, ya bisa jadi fatal," lanjutnya.
Di sisi lain, pemulihan masing-masing orang juga bergantung dengan kemampuan metabolismenya. Pada kasus ini, diketahui balita hanya terpapar sekali, sehingga kemungkinan pemulihannya lebih besar dan cepat.
"Yang pasti perlu diterapi sesuai dengan gejala yang muncul, sambil menunggu obatnya tereliminasi dari tubuh," sambung dia.
"Pada prinsipnya semua obat itu bisa tereliminasi dari tubuh, hanya berbeda-beda lamanya antar obat dan antar subyek, tergantung kemampuan metabolism dan eliminasinya," pungkas Prof Zullies.
(naf/naf)
