Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memang sudah mencabut status kedaruratan COVID-19. Namun demikian, efek dari tiga tahun pandemi belum sepenuhnya lenyap. Salah satu efek yang diwanti-wanti Kementerian Kesehatan RI yakni kenaikan kasus demam berdarah (DBD) yang diprediksi bakal terjadi tahun ini.
"(Kasus DBD sepanjang 2023 ini) sudah meningkat kasusnya. Terutama di daerah-daerah Bali, Jawa Barat itu sudah meningkat kasusnya," ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi saat ditemui di Kantor Kemenkes RI, Jakarta Selatan, Senin (12/6/2023).
"Kurang lebih mungkin naik sekitar 20-30 persen meningkatnya. Itu baru di awal tahun kan. Semoga nanti di akhir tahun tidak terus naik ya. Jadi kita harus waspada dengan angka itu," sambungnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kenaikan kasus DBD yang sudah terjadi di Indonesia saat ini berkaitan dengan perubahan iklim dan cuaca panas beberapa waktu terakhir. Namun di samping itu, kenaikan ini juga dipicu oleh sejumlah perubahan yang terjadi semasa pandemi COVID-19 tiga tahun terakhir.
Bali misalnya, pada 2022 tercatat sebagai daerah hitam kasus DBD yang tinggi dengan insiden per 100.000 penduduk. Pasalnya imbas pandemi, banyak hotel terpaksa tutup dan karyawan-karyawan dirumahkan. Walhasil, pembersihan hotel dari genangan air dan jentik nyamuk ikut terhenti.
"Di hotel-hotel cukup banyak, apalagi pada saat pandemi banyak hotel tutup. Dan kita sempat mengecek, ternyata nggak ada yang bersihin air-airnya. Jadi setelah pandemi, melonjak cukup tinggi karena banyak bangunan-bangunan, hotel kan lay off, diberhentikan sementara karyawannya jadi nggak ada yang mengurus," jelas Imran.
Pada 2022, Indonesia mencatat sebanyak 143.184 kasus DBD. Kasus terbanyak terjadi di Jawa Barat, dengan total kasus melebihi 36 ribu kasus, kemudian disusul oleh Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara.
NEXT: Makin Parah gegara Cuaca Panas
Di samping itu, Imran juga menyoroti potensi kenaikan kasus DBD di Indonesia imbas perubahan iklim dan fenomena El Nino. Imbas fenomena tersebut, cuaca menjadi lebih panas beberapa waktu terakhir. Walhasil, perkembangbiakan dan proses penetasan telur nyamuk pemicu DBD menjadi lebih cepat.
"Di awal 2023 kami sudah mengingatkan Dirjen P2, mengingatkan kepada seluruh dinas kabupaten, kota, provinsi, bahwa 2023 itu El Nino, maka kekhawatiran kita akan terjadi lonjakan kasus," jelas Imran.
"Daerah harus sudah siap bagaimana pencegahan, bagaimana logistiknya, obat-obatan, kemudian penanganan di fasilitas kesehatan dan rumah sakit itu harus sudah disiapkan untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan kasus DBD," pungkasnya.
Simak Video "Video: Kemenkes Catat 131 Ribu Kasus DBD Sepanjang 2025"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)











































