Seorang nenek berusia 76 tahun di Ekuador bernama Bella Montoya sempat bikin geger karena 'hidup lagi' pasca dinyatakan meninggal dunia. Nenek tersebut mendadak menggedor-gedor peti matinya saat ia hendak dikebumikan.
"Itu membuat kami semua ketakutan," ucap Gilbert Balberán, putra Montoya dikutip dari The Guardian, Rabu (14/6/2023).
Sebelumnya, Montoya dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (9/6/2023) siang di rumah sakit Martín Icaza di Kota Babahoyo, Ekuador, setelah dirawat sejak pukul 09.00 waktu setempat. Montoya ditempatkan di peti mati dan dibawa ke rumah duka sebelum pemakaman direncanakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluarga Montoya akhirnya memutuskan membuka peti matinya untuk mengganti pakaian jelang pemakaman setelah lima jam pasca berada di peti mati. Balberán menyebut sang ibu terlihat bernapas terengah-engah.
"Ibuku mulai menggerakkan tangan kirinya, membuka matanya, mulutnya; dia berjuang untuk bernapas," kata putranya menjelaskan saat dia menyadari ibunya masih hidup, dikutip dari BBC.
Beberapa menit kemudian, petugas pemadam kebakaran mengangkat Montoya menggunakan tandu untuk dibawa kembali ke rumah sakit tempat ia dinyatakan meninggal.
Kondisi Terkini Montoya
Putranya mengatakan kepada media lokal bahwa ibunya sangat responsif saat mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Di samping itu, ia juga membagikan kabar terbaru mengenai kondisi ibunya.
"Ibuku menggunakan oksigen, jantungnya stabil. Dokter mencubit tangannya dan dia bereaksi, mereka memberi tahu saya itu bagus karena itu berarti dia bereaksi sedikit demi sedikit," katanya, dikutip dari El Universo.
Mulanya, Balberán membawa ibunya ke rumah sakit dan dokter saat itu memberitahu bahwa ibunya sudah meninggal. Bahkan, ia juga menyebut sertifikat kematian sang ibu telah dikeluarkan, tertulis meninggal imbas henti jantung setelah stroke.
"Sekarang saya hanya minta agar kesehatan ibu saya membaik. Aku ingin dia hidup dan ada di sisiku," ungkapnya.
Kini, kasus tersebut tengah diselidiki lebih lanjut oleh Kementerian Kesehatan Ekuador. Mereka menyelidiki dokter yang tidak disebutkan namanya yang terlibat dalam kasus tersebut.
Komite teknis saat ini tengah dibentuk untuk meninjau bagaimana rumah sakit bisa memberikan sertifikat kematian pada Montoya yang ternyata masih hidup.
Fenomena 'bangkit' dari kematian ini termasuk langka di dunia medis. Kemungkinan penyebabnya selalu sulit ditentukan. Namun, salah satu kondisi yang menjelaskan fenomena ini adalah Lazarus syndrome.
NEXT: Apa Itu Lazarus Syndrome?
Lazarus Syndrome
Dikutip dari Medical News Today, Lazarus syndrome digambarkan sebagai kembalinya sirkulasi spontan (return of spontaneous circulation/ROSC) yang tertunda setelah CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) dihentikan. Artinya, seseorang yang dinyatakan meninggal setelah detak jantungnya terhenti, kembali mengalami aktivitas jantung yang mendadak.
Istilah Lazarus syndrome sebenarnya diambil dari kisah dalam kitab suci, tentang seseorang bernama Lazarus, yang dibangkitkan lagi setelah 4 hari meninggal. Sejak 1982, ketika fenomena Lazarus pertama kali dijelaskan dalam literatur medis, setidaknya ada 38 kasus yang dilaporkan.
Laporan yang dibuat oleh Vedamurthy Adhiyaman dan rekannya pada 2007 itu mengungkapkan, sekitar 82 persen dari kasus Lazarus syndrome hingga saat ini disebabkan oleh ROSC yang terjadi 10 menit setelah CPR dihentikan. Sementara, 45 persen di antaranya mengalami pemulihan neurologis yang baik.
Penyebab Lazarus Syndrome
Beberapa peneliti berpendapat bahwa Lazarus syndrome mungkin disebabkan oleh penumpukan tekanan di dada yang disebabkan oleh CPR. Setelah CPR dihentikan, tekanan ini secara bertahap dapat dilepaskan dan memulai kembali kerja jantung.
Teori lain dari penyebab Lazarus syndrome adalah tertundanya tindakan pengobatan yang digunakan sebagai bagian dari upaya resusitasi, seperti adrenalin.
"Ada kemungkinan bahwa obat yang disuntikkan melalui vena perifer tidak dialirkan secara terpusat karena gangguan aliran balik vena, dan ketika aliran balik vena meningkat setelah menghentikan hiperinflasi dinamis, pemberian obat dapat berkontribusi untuk mengembalikan sirkulasi," jelas Adhiyaman, dikutip dari Medical News Today, Rabu (14/6/2023).
Lazarus syndrome juga kemungkinan dipicu oleh hiperkalemia (kondisi kadar kalium dalam darah terlalu tinggi). Hal ini dikaitkan dengan ROSC yang tertunda.
Selain itu, masih banyak teori lain yang diusulkan sebagai penyebab dari Lazarus syndrome, seperti hiperkalemia misalnya. Namun, karena kasus Lazarus syndrome masih sangat sedikit yang dilaporkan, cukup sulit untuk mengungkap mekanisme pasti di balik kondisi ini.











































