Fakta-fakta Wanita Idap Bronkitis gegara Asap Rokok Pacar, Sampai 5 Kali Opname

Round Up

Fakta-fakta Wanita Idap Bronkitis gegara Asap Rokok Pacar, Sampai 5 Kali Opname

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Rabu, 21 Jun 2023 06:30 WIB
Fakta-fakta Wanita Idap Bronkitis gegara Asap Rokok Pacar, Sampai 5 Kali Opname
Viral wanita kena bronkitis gegara asap rokok (Foto: Tangkapan layar TikTok @karinaslina atas izin yang bersangkutan)
Jakarta -

Viral curhatan seorang wanita di media sosial TikTok, yang didiagnosis bronkitis. Kondisi itu dialaminya pasca bertemu pacarnya yang perokok dan sering terpapar asapnya.

Pengguna TikTok dengan username @karinasliana menceritakan awal mula dirinya mengidap penyakit pernapasan itu. Pada 2020, ia dan kekasihnya berhubungan jarak jauh dan jarang sekali bertemu.

Sampai akhirnya pada 2021, keduanya mulai sering bertemu secara langsung. Wanita bernama Karina Septiliana itu mengatakan bertemu pacarnya hampir setiap hari, dan selalu merokok di sampingnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelumnya kita virtualan, paru-paru gue masih bersih. Sejak dia datang, sering hirup asapnya kalau dia merokok. Soalnya selalu merokok di samping," tulis Karina lewat akun TikTok miliknya yang dilihat detikcom, Senin (19/6/2023).

Sempat Dirawat karena GERD

Sebelumnya, wanita 22 tahun itu dirawat di rumah sakit karena penyakit gastroesophageal reflux disease (GERD) dan diperbolehkan pulang. Namun, beberapa bulan kemudian, ia kembali dilarikan ke IGD karena sesak napas.

ADVERTISEMENT

Melihat kondisinya itu, dokter mulai curiga jika Karina mengalami infeksi saluran pernapasan dan memintanya melakukan rontgen. Awalnya ia mengira dokter salah diagnosa, karena dirinya tidak pernah batuk.

"Aku nggak percaya, karena aku nggak pernah batuk. Jadi aku pikir dokter salah diagnosa, dan aku merasa sesak nafasku ini karena asam lambung. Tapi dokter minta rontgen, dan keluar hasilnya bronkitis," jelas Karina saat dihubungi detikcom, Senin (19/6).

"Langsung di sarankan opname di RS Sari Asih Serang. Beberapa minggu sepulang dari RS, aku baru merasakan gejala bronkitis seperti batuk berdahak, sesak nafas seperti ada yang menyumbat di dada. Rasanya penuh sesuatu yang bikin nafasku pendek," sambungnya.

Selama mengalami gejala bronkitis, Karina sudah dirawat di rumah sakit sebanyak lima kali. Ia menyadari kalau kondisinya muncul setelah sering bertemu pacarnya yang perokok.

Karina juga memberitahu kalau kondisinya itu terjadi karena paparan asap dari sang pacar, tapi itu tidak membuatnya langsung berhenti merokok.

"Awalnya nggak langsung berhenti merokok. Tapi, dia bilang merokoknya menjauh dari aku. Tapi, pas opname ke 2,3,4,5 baru dia mau berhenti merokok dan minta maaf," tuturnya.

"Pesan dari aku, jangan terlalu banyak merokok. Kalau mau merokok, menjauh dari orang-orang yang nggak merokok, terutama anak bayi," kata dia.

NEXT: Benarkah Perokok Pasif Lebih Berbahaya Daripada Perokok Aktif?

Dokter spesialis paru Prof Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), FISR, FAPSR, mengungkapkan asap rokok bisa memicu terjadinya bronkitis. Itu terjadi saat terjadinya inflamasi atau peradangan pada saluran napas.

Berdasarkan dari gejala dialaminya dan lamanya paparan asap rokok, kondisi itu kemungkinan mengarah pada bronkitis kronis.

"Kalau dari ceritanya, kemungkinan sudah bronkitis kronis. Tapi, tetap harus ada pemeriksaan untuk mengetahui sudah ada penyempitan saluran pernapasan atau belum," jelas dr Agus saat dihubungi detikcom, Selasa (20/6).

"Karena biasanya pada bronkitis akut tidak ada keluhan sesak, umumnya hanya keluhan batuk berdahak, jadi napasnya belum terganggu. Ini cenderung terjadi karena inflamasi jangka pendek, yang nanti diikuti dengan infeksi," tambahnya.

dr Agus menjelaskan kondisi bronkitis kronik ini terjadi karena peradangan yang berlanjut, sehingga membuat sel-sel epitel mukosa pada saluran napas menebal dan menyempit. Itu bisa terjadi jika perokok aktif maupun pasif setiap hari terpapar dan menghirup asap rokok.

Semakin banyak asap rokok yang dikonsumsi tiap hari, maka semakin cepat timbul bronkitis kronik. Karena menyempitnya saluran napas, kondisi itu menyebabkan sesak napas, dan bisa berkembang menjadi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

"Jadi, seseorang bisa saja 5 tahun jadi bronkitis kronik, bisa cuma 2 tahun, tergantung. Jika terkenanya (asap rokok) jarang-jarang bisa 5 tahun," ungkap dr Agus.

"Tapi kalau kenanya tiap hari, lama-lama 2 tahun bisa jadi bronkitis kronik," sambungnya.

Benarkah Perokok Pasif Lebih Berbahaya daripada Perokok Aktif?

dr Agus menjelaskan asap rokok terbagi menjadi dua, yaitu asap primer dan sekunder. Asap primer adalah asap yang diisap perokok dari rokoknya langsung, sementara sekunder itu asap yang keluar dari ujung rokok dan hembusan perokok.

Secara kandunganya, asap yang dihembuskan perokok dan yang keluar dari ujung rokok memang konsentrasinya jauh lebih tinggi. Jadi, asap sekunder itu lebih berbahaya dari asap primer.

"Tetapi, seorang perokok aktif adalah perokok pasif juga, sehingga kasus-kasus penyakit perokok aktif itu jauh lebih berbahaya dari yang murni perokok pasif. Jadi, dobel risikonya," tegas dr Agus.

"Sedangkan perokok pasif, dia hanya menghirup asap sekundernya saja. Tapi, asap primernya tidak," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(sao/suc)

Berita Terkait