Obsessive Compulsive Disorder atau sering disingkat OCD merupakan sebuah gangguan mental yang membuat pengidapnya melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang.
OCD ini tidak bisa dikontrol langsung oleh pengidapnya, sebab mereka tidak sadar atas tindakan yang telah diperbuat.
Apa Itu OCD?
Dilansir WebMD, Obsessive Compulsive Disorder (OCD)termasuk ke dalam gangguan kesehatan mental yang menyebabkan berulangnya pikiran dan rasa obsesi pada diri si pengidap (Obsesif). Terkadang ada juga yang menyebabkan pengidap untuk melakukan tindakan berulang (Kompulsif). Bahkan pada kasus tertentu ada yang mengidap keduanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contoh dari tindakan OCD adalah ketika seseorang memiliki kebiasaan mencuci tangan setelah setiap memegang sesuatu karena selalu merasa kotor. Atau memiliki pikiran bahwa semua barang harus disimpan berdasarkan warna dan bentuk.
Kebiasaan tersebut tidak bisa dihentikan meskipun terbesit dalam pikiran untuk tidak melakukannya. Jadi OCD ini sangat berpengaruh bagi kehidupan pengidapnya.
Gejala dan Jenis OCD
Ada beberapa gejala yang dapat ditunjukkan pengidap OCD, seperti besarnya obsesi dan kompulsi yang dimilikinya. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi aspek kehidupannya.
OCD datang dengan berbagai bentuk dan tipe, 4 di antaranya yang paling umum adalah:
- Kebiasaan mengecek sesuatu: mengecek jam, oven, kompor, hingga kondisi kesehatan
- Kontaminasi: takut kotor, takut terkena virus
- Simetris: segala objek harus diletakkan dengan simetris dan rapi
- Pikiran intrusif: terobsesi dengan pikiran tertentu
Berikut beberapa gejala yang bisa dialami oleh pengidap OCD berdasarkan obsesi dan kompulsi.
1. Obsesi
Obsesi dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki arti ide atau perasaan yang sangat merasuki pikiran. Pikiran ini akan muncul terus menerus dan memicu timbulnya rasa cemas.
Orang yang mengidap OCD sadar bahwa pikiran dan kebiasaan mereka terkadang tidak masuk akal. Mereka tidak melakukan itu karena menikmatinya, melainkan mereka tidak bisa berhenti melakukannya. Jika mereka berhenti maka mereka akan merasa bersalah dan memulai dari awal.
Tindakan obsesif ini dapat berupa:
- Khawatir akan tersakiti baik diri sendiri maupun orang lain
- Menyadari setiap kali berkedip atau bernafas
- Tiba-tiba curiga terhadap pasangan atau orang sekitar
- Khawatir akan kebersihan dan virus ketika setelah menyentuh sesuatu.
2. Kompulsif
Kompulsif adalah sifat yang mendorong atau memaksa. Pada kasus pengidap OCD, tindakan kompulsif ini mendorong pengidapnya untuk terus melakukan tindakan secara berulang dan terus menerus hingga puas.
Tindakan kompulsif yang dapat dilihat dari pengidap OCD:
- Mengerjakan tugas secara spesifik, berurutan, atau dalam satu waktu yang dianggap baik
- Menghitung langkah atau sesuatu yang dianggap menarik
- Takut menyentuh gagang pintu, memakai toilet umum, dan berjabat tangan karena kotor
- Terus menerus mencuci tangan dan bersih-bersih karena merasa kotor.
Penyebab dan Faktor Risiko OCD
OCD adalah penyakit mental yang umum dan rentan mengenai anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Dilansir dari National Institute of Mental Health, kebanyakan orang didiagnosa OCD pada umur 19 tahun.
Hingga saat ini penyebab pasti dari OCD belum bisa ditemukan. Dikutip dari WebMD, rasa stres dapat membuat pengidap OCD semakin parah.
Meski begitu ada beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan OCD:
1. Genetik
Sebuah studi menemukan bahwa orang dengan keluarga yang memiliki OCD punya risiko lebih tinggi untuk terkena OCD juga. Risiko akan lebih tinggi lagi jika keluarga pengidap terkena OCD saat masih anak-anak atau remaja.
2. Struktur dan Fungsi Otak
Terdapat perbedaan antara struktur otak pengidap OCD dan yang bukan pengidap. Tampak ada hubungan antara gejala OCD dan kelainan di area otak tertentu namun masih belum jelas.
Hingga saat ini penelitian masih dilakukan agar dapat menemukan perawatan yang tepat untuk para pengidap OCD.
3. Lingkungan
Lingkungan juga dapat berpengaruh bagi pengidap OCD. Kondisi ini dapat dilihat pada lingkungan yang tidak mendukung perkembangan psikis anak. Sehingga muncul perasaan pada anak untuk bisa menjadi sempurna.
Pengobatan dan Terapi OCD
Sayangnya, sampai saat ini masih belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan OCD secara maksimal. Namun, pengidap OCD dapat melakukan terapi untuk mengurangi risiko dari gejala yang timbul agar tidak mengganggu kegiatan sehari-hari.
Terkadang pengidap OCD juga datang dengan beberapa gangguan kesehatan mental lainnya, seperti anxiety, depresi, dan gangguan dismorfik tubuh dimana merasa tubuhnya tidak normal. Oleh karena itu sangat disarankan untuk melakukan perawatan yang tepat.
1. Pengobatan
Dalam pengobatan OCD, dokter dapat memberikan Serotonin reuptake inhibitors (SRIs) yang dapat mengurangi gejala dari OCD. Obat SRIs ini baru dapat berfungsi dan dirasakan manfaatnya setelah 2 - 3 bulan pemakaian.
2. Psikoterapi
Pengidap OCD juga dapat melakukan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) untuk membantu mengubah pola berpikir. Dokter akan menempatkan pengidap dalam suatu situasi yang memicu kompulsi. Dari terapi ini kamu bisa belajar untuk mengendalikan, mengurangi, dan menghentikan pemikiran OCD.
3. Relaksasi
Pikiran yang stress akan memperparah pengidap OCD. Dengan melakukan kegiatan yang merelaksasi pikiran seperti meditasi, yoga, dan massage dapat membantu untuk mengurangi gejala OCD.
4. Neuromodulasi
Dalam beberapa kasus ketika terapi dan pengobatan tidak berjalan dengan efektif, maka dokter bisa saja untuk melakukan tindakan Neuromodulasi. Tindakan ini dapat berupa transcranial magnetic stimulation untuk menstimulasi otak.
Itulah penjelasan seputar OCD. Jika detikers merasakan gejala di atas jangan sungkan untuk berkonsultasi langsung kepada dokter.
(fds/fds)











































