Jepang melaporkan kasus kematian pertama di dunia akibat virus Oz, penularannya diyakini berasal dari gigitan kutu. Pasalnya, dokter menemukan jejak kutu membesar di paha kanan pasien berusia 70 tahun tersebut.
Pasien virus Oz tidak berhasil selamat meskipun sudah menjalani perawatan di rumah sakit selama 26 hari. Mulanya didiagnosis pneumonia, beberapa hari setelahnya semakin memburuk hingga meninggal dengan kondisi miokarditis, radang otot jantung.
Kemungkinan Menyebar ke RI
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menilai bukan tidak mungkin virus Oz juga ditemukan di Indonesia. Risiko kemunculannya diyakini lebih besar berasal dari peternakan.
Virus Oz yang satu keluarga dengan thogotovirus memiliki karakteristik mematikan. Penyebarannya sudah dilaporkan sejak 2018 di Jepang, sementara di Amerika Serikat pada 2015. Namun, ini adalah kali pertama tercatat kematian pada manusia.
"Di Eropa ada, Afrika jelas, dan Asia, jelas potensinya di Indonesia juga pasti ada," kata dia kepada detikcom Senin (26/6/2023)..
Dicky berpesan, agar masyarakat selalu menjaga kebersihan lingkungan, terutama setelah melakukan kontak dengan hewan mamalia.
"Bukan hanya di kampung atau pedesaan, tapi di kota yang ditemukan banyak kutu, daerah peternakan, itu mengenakan pakaian yang tangan panjang, oles supaya kulit tidak kena kutu, sanitasi lingkungan, kutunya harus dibasmi, hewan-nya harus dipelihara dengan sehat," lanjut dia.
Virus Oz juga diyakini tidak berpotensi menjadi pandemi. Tidak seperti COVID-19, virus Oz menular melalui kontak langsung dengan hewan. Belum ada laporan penularan kasus antarmanusia.
"Peternakan harus bersih, para peternak diberikan pemahaman sanitasi yang baik, mengingat virus lain di thogotovirus menjadi dampak virus mematikan, virus oz ini sbg ancaman potensial kesehatan pada manusia, kalau pandemi ya nggak, tapi KLB bisa berpotensi," pungkas dia.
NEXT: Wanti-wanti Kemenkes
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan RI dr Maxi Rein Rondonuwu memastikan pihaknya akan terus melakukan pemantauan, surveilans, dan komunikasi mitigasi risiko khususnya pada para peternak.
Dirinya juga memastikan sejauh ini virus Oz belum ditemukan di Indonesia.
"Tindakan mitigasi yang dapat dilakukan, edukasi ke peternak tentang sanitasi yang baik di peternakan, mengenakan pakaian lengan dan celana panjang saat pergi," pesan dr Maxi, saat dihubungi terpisah, Senin (26/6).
Efek dari virus Oz, anggota baru genus Thogotovirus tak main-main, bisa memicu kondisi radang otak atau ensefalitis, penyakit demam, pneumonia, bahkan fatalnya kematian. Namun, sejauh ini penularan ke manusia belum diketahui pasti.
"Kemungkinan tertular dari gigitan kutu yang membawa virus tersebut," kata dr Maxi.
"Virus ini bersifat zoonosis atau ditularkan melalui hewan (satwa liar seperti monyet, rusa, tikus) ke manusia," sambungnya.











































