Saykoji menceritakan perjalanannya menurunkan berat badan. Dalam waktu 8 bulan, Saykoji berhasil menurunkan berat badannya sebanyak 35 kilogram.
Sebelum menjalani pola hidup sehat, Saykoji menyebut dirinya sebagai emotional eater yang makan sesuai suasana hatinya.
"Gue emotional eater. Banyak orang ngira gue bahagia terus, tapi gue makan sebagai cara gue menangani rasa sakit batin," katanya di akun media sosialnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emotional eating atau makan secara emosional adalah menggunakan makanan sebagai cara menekan atau menghilangkan emosi negatif seperti seperti stres, kemarahan, ketakutan, kebosanan, kesedihan, dan kesepian. Peristiwa besar dalam hidup atau, kerepotan dalam kehidupan sehari-hari dapat memicu emosi negatif yang mengarah pada makan secara emosional.
Dikutip dari Healthline, hampir semua hal bisa memicu keinginan untuk makan berlebihan. Alasan umum untuk makan emosional mungkin termasuk:
- stres kerja
- kekhawatiran keuangan
- masalah kesehatan
- masalah hubungan
Orang yang mengikuti diet ketat atau memiliki riwayat diet lebih cenderung makan secara emosional.
Meskipun beberapa orang makan lebih sedikit saat menghadapi emosi yang kuat, jika berada dalam tekanan emosional, seseorang mungkin beralih ke makan secara impulsif atau makan berlebihan, dengan cepat mengonsumsi apa pun yang nyaman tanpa kenikmatan.
Emosi seseorang bisa menjadi begitu terikat dengan kebiasaan makan. Kondisi ini akan membuat mereka dengan emotional eating akan terus mengambil camilan setiap kali mereka marah atau stres tanpa memikirkan efeknya.
(kna/kna)











































