Major Depressive Disorders (MDD) atau gangguan depresi mayor adalah gangguan kejiwaan dengan banyak penyebab (heterogen). Penyakit ini ditandai dengan beberapa kondisi, misal rasa bersalah yang muncul terus menerus dan hilangnya ketertarikan selama dua minggu.
Dikutip dari tulisan berjudul Gangguan Depresi Mayor (Major Depressive Disorder) Mini Review yang terbit di Jurnal Penelitian, gagguan ini meningkatkan risiko seseorang terhadap depresi. Karena itu, gangguan ini harus ditangani secepatnya sebelum berdampak serius.
Berikut penjelasan lebih lanjut tentang gangguan depresi mayor
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa itu Gangguan Depresi Mayor?
Jurnal yang ditulis Indriono Hadi, dkk, dari Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari tersebut menjelaskan, gangguan depresi mayor digambarkan sebagai hilangnya ketertarikan atau kesenangan pada aktivitas yang biasa dilakukan. Gejala yang muncul meliputi gangguan fungsi sosial dan aktivitas yang biasanya berlangsung dua minggu.
Diagnosis gangguan ini dilakukan berdasarkan munculnya satu atau lebih episode depresi mayor. Episode ini ditandai dengan mood depresi yaitu merasa sedih, putus asa, terpuruk, atau tak lagi tertarik pada aktivitas yang biasa dilakukan. Episode depresi tidak melalui fase manic atau hypomaniac seperti pada pasien bipolar.
Penyebab Gangguan Depresi Mayor
Dikutip dari Mayo Clinic, beberapa faktor bisa saling berinteraksi mengakibatkan gangguan depresi mayor. Faktor yang menyebabkan gangguan ini adalah:
Biologis
Pasien gangguan depresi mayor mengalami perubahan fisik (physical changes) pada otaknya. Meski begitu, penelitian masih terus berlanjut untuk mengetahui seberapa besar kondisi ini mempengaruhi gangguan depresi mayor
Kimia otak
Riset menyatakan, perubahan fungsi dan efek senyawa kimia neurotransmitter memengaruhi stabilisasi mood. Interaksi neurotransmitter dan neurocircuit memainkan peran penting dalam depresi dan penanganannya.
Hormon
Perubahan keseimbangan hormon dapat mengakibatkan atau memancing depresi. Hormon bisa berubah karena kehamilan, persalinan, masalah tiroid, menopause, dan kondisi lainnya.
Faktor keluarga
Gangguan depresi mayor lebih mudah dialami pasien yang keluarganya memiliki sejarah serupa. Saat ini riset masih terus dilakukan untuk mengetahui gen yang berperan.
Gejala Gangguan Depresi Mayor
Gangguan ini ditandai dengan:
- perasaan depresi (terpuruk)
- anhedonia (tertekan)
- perubahan fungsi kognitif
- perubahan tidur
- perubahan nafsu makan
- bersalah (guilty)
Penyakit ini mengubah pasiennya secara afektif, fisiologis, kognitif dan perilaku. Dampak akhirnya adalah perubahan pada pola dan respon yang biasa dilakukan.
Pengobatan Gangguan Depresi Mayor
Perawatan untuk depresi dapat mencakup satu atau kombinasi dari yang berikut ini.
Obat-obatan
Antidepresan bekerja dengan memengaruhi bahan kimia otak. Ketahuilah bahwa dibutuhkan 4 hingga 6 minggu agar obat-obatan ini memiliki efek penuh. Tetap minum obat, meskipun pada awalnya tampaknya tidak berhasil.
Terapi
Ini paling sering adalah terapi perilaku kognitif dan atau interpersonal. Ini berfokus pada mengubah pandangan menyimpang yang Anda miliki tentang diri Anda dan situasi Anda. Ini juga berfungsi untuk meningkatkan hubungan, dan mengidentifikasi serta mengelola penyebab stres dalam hidup Anda.
Electroconvulsive (ECT)
Perawatan ini dapat digunakan untuk mengobati depresi berat yang mengancam jiwa yang tidak merespons obat-obatan. Arus listrik ringan dilewatkan melalui otak. Ini memicu kejang singkat. Untuk alasan yang tidak diketahui, kejang membantu mengembalikan keseimbangan normal bahan kimia di otak dan meredakan gejala.
Penting untuk disadari bahwa pandangan negatif ini adalah bagian dari depresi dan tidak mencerminkan kenyataan. Pemikiran negatif memudar saat pengobatan mulai berlaku. Sementara itu, pertimbangkan hal berikut:
1. Mendapatkan bantuan. Jika Anda merasa depresi, temui penyedia layanan kesehatan sesegera mungkin.
2. Tetapkan tujuan yang realistis mengingat depresi dan jangan mengambil terlalu banyak.
3. Pecah tugas besar menjadi tugas-tugas kecil. Tetapkan prioritas, dan lakukan apa yang Anda bisa semampu Anda.
4. Cobalah untuk bersama orang lain dan curhat pada seseorang. Biasanya lebih baik daripada sendirian dan tertutup.
5. Lakukan hal-hal yang membuat Anda merasa lebih baik. Pergi ke bioskop, berkebun, atau mengikuti kegiatan keagamaan, sosial, atau kegiatan lainnya dapat membantu.
6. Melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain juga dapat membantu Anda merasa lebih baik.
(row/row)











































