Imbas banyak warganya enggan memiliki anak, Jepang kini dilanda krisis populasi. Namun seiring angka kelahiran yang anjlok, kota Akashi bagian barat justru mencatat peningkatan populasi. Apa alasannya?
Jumlah angka kelahiran bayi di Jepang mencapai rekor terendah dengan total di bawah 800.000 kelahiran tahun lalu. Angka ini merupakan yang terendah sejak pencatatan pertama kali dilakukan pada 1899.
Seorang wanita warga Akashi, Haruka Okamoto, mengaku pihaknya mendapatkan dukungan yang memadai untuk bisa membesarkan anak. Karena kondisi tersebut, ia yakin akan bertempat tinggal di Akashi bersama anak-anaknya selamanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mendapat banyak dukungan untuk penitipan anak dan hal-hal lain, yang bahkan membuat teman-teman saya iri, jadi saya tidak khawatir," ungkapnya saat menemani putrinya bermain dikutip dari NPR, Kamis (29/6/2023).
"Kami sedang membangun rumah di Akashi. Ini adalah kota yang membuatku berpikir ingin tinggal di sini selamanya," ujar Okamoto lebih lanjut.
Berbanding terbalik dengan banyak laporan di wilayah-wilayah Jepang lainnya, di Kota Akashi masih terdapat banyak anak bermain memanjat wahana gym di hutan. Banyak dari mereka juga asyik membaca buku di rak-rak yang disediakan dalam ruangan bersih di pusat penitipan anak.
Di samping itu, pemerintah setempat juga menawarkan perawatan medis gratis untuk anak-anak hingga usia 18 tahun. Di sekolah, hingga usia 15 tahun, setiap anak akan mendapatkan makan siang gratis.
Selain itu, keluarga yang hidup dengan dua anak atau lebih akan mendapatkan fasilitas taman kanak-kanak secara gratis. Bayi di bawah usia 1 tahun mendapatkan popok gratis, diantarkan ke rumah masing-masing keluarga oleh bidan. Semua layanan tersebut berikan tanpa memandang penghasilan warga berkeluarga.
Karena kebijakan tersebut, banyak keluarga muda memilih untuk tinggal di kota Akashi dan berkeluarga. Walhasil, kota Akashi berhasil meningkatkan populasinya selama 10 tahun berturut-turut, menjadi lebih dari 300.000.
NEXT: Sesuram apa kondisi di Jepang kini?
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida sempat menyampaikan, ada prediksi bahwa pada 2030 mendatang, populasi warga berusia muda di negaranya bakal punah. Dengan kondisi itu, pihaknya menerapkan berbagai langkah dengan 'dimensi baru' untuk mendongkrak angka kelahiran yang kini anjlok.
"Masa hingga awal 2030-an, ketika populasi anak muda diperkirakan menurun tajam, adalah kesempatan terakhir untuk membalikkan tren penurunan angka kelahiran," ungkapnya pada awal Juni lalu.
Pemerintah Jepang berencana menggandakan pengeluaran perawatan anak pada awal 2030-an, termasuk subsidi yang lebih besar untuk keluarga dengan anak-anak. Selain itu, mereka juga bakal berfokus pada pemberian banyak untuk pendidikan tinggi dan perawatan medis anak-anak penyandang disabilitas.
Namun hingga kini,Kishida belum memberikan pernyataan jelas perihal dari mana dana untuk menopang rencana-rencana tersebut bakal didapatkan. Ia berjanji, tidak akan menambah beban pembayar pajak untuk mendanainya.











































