Seorang pria berusia 40 tahun yang lumpuh selama 12 tahun akhirnya bisa menaiki tangga, bergerak di atas tanjakan dan berjalan lagi berkat implan otak operasi sumsum tulang belakang.
Kondisi bak keajaiban itu dialami Gert-Jan Oskam yang mengalami cedera tulang belakang akibat kecelakaan sepeda motor 12 tahun lalu.
"Ketika kami bertemu dengannya, dia lumpuh total, tidak dapat mengambil langkah sendiri tanpa bantuan," kata Grégoire Courtine, penulis studi dan ahli saraf di EPFL, sebuah universitas riset di Swiss kepada NBC News.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2017, Oskam menerima implan eksperimental di sumsum tulang belakangnya sebagai bagian dari uji klinis berbeda, yang membantunya mendapatkan kembali kemampuannya untuk berjalan. Dengan sedikit mengangkat tumitnya, Oskam akan memicu arus listrik yang merangsang saraf di sumsum tulang belakangnya agar dia bisa mengambil langkah.
Tapi langkah-langkah itu kikuk, dan dia tidak bisa melewati rintangan atau berjalan di permukaan yang tidak rata.
"Saya merasa dengan setiap langkah sedikit stres, seperti saya harus mengikuti ritme, jika tidak, saya tidak akan membuat langkah yang baik," kata Oskam.
Setelah dua tahun stimulasi saraf listrik, pemulihan Oskam sempat stagnan. Jadi dia bergabung dengan studi pembuktian konsep pada tahun 2021.
Sistem ini berbeda dari teknologi yang ada dalam kemampuannya menerjemahkan sinyal otak menjadi gerakan. Implan elektronik di otak mengirimkan pikirannya ke tungkai dan telapak kakinya melalui implan kedua di tulang punggungnya.
Pengembangan teknologi ini, diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature, dipimpin oleh tim peneliti di Swiss. Prof Jocelyne Bloch dari Universitas Lausanne, ahli bedah saraf yang melakukan operasi rumit untuk memasukkan implan tersebut, menekankan bahwa sistem ini masih dalam tahap penelitian dasar dan perlu bertahun-tahun lagi untuk bisa tersedia bagi para pasien yang mengalami kelumpuhan.
"Yang penting buat kami bukan hanya melakukan uji coba ilmiah, tapi pada akhirnya memberikan lebih banyak akses kepada lebih banyak orang yang menderita cedera tulang belakang, yang biasanya mendengar dari dokter bahwa mereka mungkin tidak akan pernah bergerak lagi," kata Prof Jocelyne kepada BBC.
Operasi untuk memulihkan gerakan Gert-Jan dilakukan pada Juli 2021. Prof Bloch memotong dua lubang melingkar di setiap sisi tengkoraknya, berdiameter 5 cm, di atas bagian otak yang terlibat dalam pengendalian gerakan.
Dia kemudian memasukkan dua implan berbentuk cakram yang dapat mengirimkan sinyal otak secara nirkabel ke dua sensor yang terpasang pada helm di kepalanya.
Tim peneliti lalu menciptakan algoritma yang menerjemahkan sinyal-sinyal tersebut menjadi instruksi untuk menggerakkan kaki dan otot kaki melalui implan kedua yang dimasukkan di sekitar sumsum tulang belakang Gert-Jan - yang dipasang oleh Prof Bloch ke ujung saraf yang terkait dengan aktivitas berjalan.
Para peneliti menemukan bahwa setelah beberapa minggu latihan, Gert-Jan bisa berdiri dan berjalan dengan bantuan alat. Gerakannya lamban tapi halus.
Gert-Jan pertama kali mencoba implan tulang belakang sebelum dia mendapatkan implan otak. Dia mengatakan bahwa dia sekarang memegang kendali yang jauh lebih besar.
"Sebelumnya saya merasa sistem mengendalikan saya, tetapi sekarang saya mengendalikannya," kata Gert-Jan.











































