Beberapa waktu terakhir fenomena bullying dari kalangan calon dokter spesialis menjadi pembahasan hangat. Muncul berbagai keluhan terkait bullying hingga permainan penilaian yang akhirnya mempengaruhi proses pendidikan.
Belum lama ini, sosok (G) menceritakan pada detikcom bagaimana kondisi istrinya ketika mengikuti Program Pendidikan Spesialis (PPDS) di salah satu fakultas kedokteran di Indonesia. G menceritakan bahwa istrinya mengalami bullying hingga mengalami depresi.
Pada saat ini, istri G tengah menjalani program untuk memulihkan traumanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Istri saya trauma kalau mengingat masalah PPDS. Sekarang dia lagi menjalani program psikoterapi yang disarankan dokter spesialis kejiwaan untuk memulihkan traumanya," ucap G pada detikcom, Rabu (13/7/2023).
Karena kejadian tersebut, G mengatakan bahwa istrinya sudah mengirimkan surat pengunduran diri. Namun, permohonan tersebut ditolak oleh pihak kampus.
"Sekarang istri saya nggak berniat untuk kembali ke kampus karena dia pasti akan jadi subjek bullying senior-seniornya. Bahkan lebih parah dari sebelumnya. Karena seniornya tahu bahwa istri saya melaporkan tindakan bullying tersebut ke pihak kampus," jelasnya.
G menceritakan bahwa istrinya kerap menerima perkataan kasar dan makian dari senior-seniornya. Selain itu, ia mengatakan bahwa istrinya kerap harus datang ke sebuah pertemuan yang disebutnya tak diketahui pihak kampus.
"Awal perundungan sudah terjadi sesaat setelah diterima di PPDS. Istri saya dan teman-teman seangkatannya sekitar 10 orang dikumpulkan oleh senior-senior di suatu tempat kemudian didoktrin aturan-aturan yang harus diikuti oleh mahasiswa residen seperti tidak boleh pulang sebelum senior pulang, harus respons 5 menit ketika di-WA, tidak boleh mengatakan 'tidak ada' ketika diminta suatu barang, tidak boleh mengatakan 'tidak bisa' ketika disuruh dan lain-lain," ceritanya.
NEXT: Kerugian Materil yang Dialami
Selain kerugian mental, G mengatakan istrinya juga mengalami kerugian fisik. Istri G mengalami penurunan berat badan hingga 8 kilogram hanya dalam waktu 2 bulan.
"Istri saya juga mengalami kerugian fisik. Istri saya turun 8 kilogram hanya dalam waktu 1-2 bulan. Kedua anak saya juga menderita karena jarang melihat mamanya sehingga mereka tidak terurus. Jikapun ada di rumah, mereka sering melihat mamanya melamun dan menangis," jelasnya.
Adapun lebih lanjut, G mengatakan keluarganya juga mengalami kerugian materil imbas dari kasus perundungan yang dialami oleh istrinya.
"Kerugian materil sudah sangat banyak. Dari mulai kuliah yang berpuluh-puluh juta, biaya pindah rumah, biaya pindah anak sekolah hingga biaya pengobatan istri yang tidak ditanggung asuransi," katanya.
"Ditambah juga sering harus menyediakan barang yang diminta senior 'at all cost'. Jika tidak, Anda akan dicibir oleh senior, dihukum dengan tugas-tugas tambahan dan sebagainya," pungkasnya.











































