Oppenheimer menjadi perbincangan hangat setelah film besutan Christopher Nolan tayang di Indonesia. Kisah hidup 'bapak bom atom' menjadi sorotan karena temuannya yang jadi senjata pembunuh massal.
Terlepas dari kontroversinya tentang bom atom, Oppenheimer meninggal pada usia 62 tahun. Penyebab kematiannya, bertentangan dengan kekuatan dahsyat bom atom yang dia bantu ciptakan.
Oppenheimer meninggal di tahun 1967 tahun setelah berjuang melawan kanker tenggorokan. Pemicu penyakit ganas itu disebutkan karena kebiasaan merokoknya yang parah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia disebutkan dikatakan telah menjadi perokok berat sejak masa mudanya, sebuah kebiasaan yang menyebabkan serangan tuberkulosis dan kemungkinan besar memicu diagnosis kanker tenggorokan yang diidapnya pada akhir 1965.
Laman Dexerto menuliskan Oppenheimer sempat menjalani operasi, perawatan radiasi, dan kemoterapi, tetapi sayangnya semua ini tidak berhasil, dan dia mengalami koma sebelum meninggal dunia pada tahun 1967, kematiannya menandai hilangnya salah satu tokoh terpenting dalam sains modern.
Dikutip dari National Health Service (NHS), alkohol dan tembakau menjadi dua hal utama yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kanker tenggorokan. Keduanya dianggap bisa memicu paparan bahan kimia yang merusak sel-sel tenggorokan.
Gejala kanker tenggorokan yang bisa muncul antara lain:
- Muncul benjolan di leher
- Sakit tenggorokan atau batuk yang cukup lama
- Sulit menelan
- Bau mulut
- Berat badan turun drastis tanpa diet
- Suara mulai serak
- Meludah atau batuk darah
- Sakit di bagian telinga atau sering mengalami infeksi telinga
- Gangguan pendengaran
- Mati rasa pada wajah
- Sakit kepala
- Pembengkakan atau benjolan di leher dan tenggorokan
(kna/kna)











































