Seorang pria belia berusia 28 tahun terkena stroke, dengan gejala awal berupa 'sekedar' pusing. Kabar itu tentunya langsung menjadi sorotan, lantaran penyakit stroke umumnya dikenal lebih banyak dialami oleh orang-orang lanjut usia.
Pria tersebut adalah Stephen Vidman, seorang mahasiswa pascasarjana neurosains di Ohio State University. Awalnya, ia mengalami pusing setelah seharian bekerja. Saat itu ia berpikir, peningnya disebabkan oleh efek samping konsumsi obat tertentu, bukan karena indikasi stroke.
Dengan perkiraannya tersebut, Vidman memutuskan untuk mengabaikan peningnya. Hingga akhirnya, ia tumbang dan kehilangan kemampuan berbicara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beruntungnya, seorang profesor dan ahli saraf yang juga mengajar Vidman, Dr Em Harrington, melihat tanda-tanda yang dialami Vidman dan langsung mengenalinya sebagai indikasi stroke.
"Saya ingat mereka (dr Harrington) dengan jelas memberi tahu saya (bahwa) 'Kamu mengalami stroke,'" kenang Vidman, dikutip dari Today, Senin (24/7/2023).
Saat itu, Dr Harrington kebetulan sedang berada di tempat kerjanya ketika seorang siswa lain melapor perihal kondisi Vidman. Segera ia mengevaluasi kondisi Vidman dan mengajukan sejumlah pertanyaan kepadanya. Saat itu ia sempat menduga, pusing yang dialami Vidman disebabkan oleh penurunan tekanan darah secara tiba-tiba.
"Dia sedang duduk di kursi dan sepertinya dia tidak benar-benar bersamanya," ujar dr Harrington, yang juga merupakan asisten profesor klinis di departemen neurologi di Pusat Medis Wexner Universitas Negeri Ohio.
"Dia tidak dapat menjawab pertanyaan, hanya bicara cadel, gumaman yang tidak bisa dimengerti. Dia melihat sekeliling, bertingkah seperti sedang mencoba mengatakan sesuatu tetapi tidak bisa," ujar dr Harrington lebih lanjut mendeskripsikan kondisi Vidman saat itu.
Harrington kemudian melakukan penilaian cepat, menanyakan Vidman berapa banyak jari yang ia angkat. Namun, Vidman tidak bisa menjawab.
"Saya melihat wajahnya. Aku menyuruhnya mengangkat wajah dan alisnya. Itu adalah kelemahan wajah sepenuhnya," pungkasnya.
Setelah kejadian tersebut, Vidman secara rutin mengelola kondisinya dengan meminum obat untuk menurunkan tekanan pada aortanya. Namun, gejala strokenya tetap ada, termasuk kelelahan dan afasia ekspresif.
Hal itu tak menurunkan ketangguhan Vidman untuk kembali bekerja, bahkan membagikan kisah pengalamannya kepada orang lain. Ia berharap, pengalamannya ini bisa meningkatkan kesadaran banyak orang tentang pentingnya penelitian medis, serta menginspirasi orang lain untuk hidup sehat dan jauh dari risiko penyakit serupa.
Simak Video "Video: Seusai Stroke Ringan, Kak Seto Diminta Istirahat hingga 2 Bulan"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/sao)











































