Sejumlah negara kini diterpa masalah penurunan angka kelahiran. Taiwan misalnya, mencatat angka kelahiran yang rendah, berada di bawah Hong Kong dan Korea Selatan, dengan angka kesuburan 0,89 per wanita. Padahal idealnya untuk mempertahankan populasi di sebuah negara, diperlukan angka kesuburan mencapai 1,2.
Seiring itu, Taiwan juga mencatat peningkatan jumlah wanita yang memilih untuk membekukan sel telur (egg freezing). Mengacu pada hasil studi di Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan, jumlah wanita berusia 35 hingga 39 tahun yang melakukan pembekuan sel telur meningkat hingga 86 persen dalam tiga tahun terakhir.
Salah satunya Vivian Tung (33), seorang wanita asal Taiwan yang memilih untuk membekukan sel telur dengan harapan bisa memiliki pilihan untuk memiliki anak di kemudian hari. Dikutip dari News 18, Tung menerima suntikan Rekovelle, yakni obat hormonal yang digunakan untuk merangsang produksi sel telur.
Kini, ia harus menyuntikkan obat tersebut kepada dirinya sendiri setiap hari selama proses dua minggu.
Tung adalah satu dari sekian banyak wanita lajang di Taiwan yang memilih untuk membekukan sel telur. Meskipun menurun Undang-undang di sana, mereka tidak dapat menggunakan sel telur tersebut ketika sudah menikah.
Pendiri bank sel telur pertama di Taiwan bernama Stork Fertility Centre, dr Lai Hsing-Hua, menjelaskan pasien baru di dua klinik miliknya melonjak sebanyak 50 persen dari tahun ke tahun. Klinik tersebut telah melayani lebih dari 800 wanita yang ingin menjalani pembekuan sel telur.
Fenomena ini bermula ketika dua pemerintah daerah, Hsinchu dan Taoyuan, mulai mensubsidi pembekuan telur pada tahun ini.
(vyp/naf)