Banyak orang yang tidak sadar bahwa kesepian memiliki dampak besar pada kesehatan seseorang. Penelitian terbaru menemukan bahwa jumlah dan frekuensi kontak sosial pada lansia yang sehat berkaitan dengan volume otak.
Ditemukannya, orang yang memiliki kontak sosial paling sedikit memiliki otak yang lebih kecil. Sementara orang yang memiliki koneksi paling banyak memiliki otak yang lebih besar. Secara khusus, lobus temporal, lobus oksipital, cingulum, hippocampus, dan amigdala lebih kecil pada orang yang kurang berinteraksi sosial, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Neurology.
Peneliti dari Universitas Kyushu Jepang juga mempelajari 8.896 partisipan pria dan wanita untuk mengetahui dampak kontak sosial dan kesehatan otak, lalu membandingkan hasil pemindaian MRI. Partisipan ditanyai seberapa sering mereka berhubungan dengan teman atau sahabat yang tidak tinggal bersama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya partisipan dengan kontak sosial paling sedikit memiliki volume otak keseluruhan yang secara signifikan lebih rendah daripada mereka yang banyak berinteraksi sosial. Selain itu orang yang terisolasi secara sosial cenderung memiliki lesi materi putih atau area kerusakan otak yang lebih banyak.
"Untuk sementara penelitian ini adalah gambaran dalam waktu dan tidak menentukan bahwa isolasi sosial menyebabkan atrofi otak," ucap penulis studi Toshiharu Ninomiya dikutip dari NY Post, Kamis (3/8/2023).
"Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa mengekspos orang tua ke kelompok yang merangsang secara sosial dapat menghentikan atau bahkan membalikkan penurunan volume otak dan meningkatkan keterampilan berpikir dan memori," sambungnya.
Penelitian tersebut menambah jumlah penelitian yang mengonfirmasi bahwa kesepian dapat menyebabkan masalah kesehatan serius untuk masyarakat.
"Isolasi sosial telah dikaitkan dengan kematian dini, peningkatan risiko jantung koroner, stroke, peningkatan pelaporan gejala depresi, serta peningkatan risiko demensia," tulis Dr Alexa Walter dan Dr Danielle Sandsmark dari University of Pennsylvania dalam editorial penyerta.
Pada Juli sebuah penelitian lain mengungkapkan bahwa pengidap diabetes yang kesepian lebih rentan terhadap penyakit kardiovaskular daripada pengidap diabetes lain. Faktanya isolasi ditemukan lebih berpengaruh pada pasien diabetes daripada depresi, merokok, aktivitas fisik atau diet.
Bukan hanya lansia atau orang sakit yang merasakan efek isolasi sosial, kelompok Gen Z mungkin juga yang paling merasakannya. Sekitar 8 dari 10 orang dari kelompok Gen Z merasakan terisolasi. Jumlah tersebut dua kali lipat bila dibandingkan kelompok lansia.
(avk/vyp)











































