Jabodetabek masih belum 'bebas' dari polusi udara tinggi, warga dibuat resah. Pasalnya, efek jangka panjang perlu diwaspadai lantaran salah satunya bisa memicu kanker paru-paru.
Spesialis patologi anatomi dr Didik Setyo Heriyanto, PhD, SpPA menjelaskan bahwa meskipun tidak bisa dibilang sebagai satu-satunya pemicu, polusi terbukti berkaitan dengan kanker paru-paru.
"Jadi, ada sebuah akumulasi partikel yang sifatnya itu benda asing. Ketika dia itu mengendap dalam tubuh kita, dianggap benda asing misalnya, dia akan meng-induce reaksi tubuh kita untuk berusaha menolak, jadi proses peradangan," ungkap dr Didik saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu (26/08/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Partikel-partikel polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, industri, dan faktor-faktor lainnya terus terhirup oleh warga setiap hari. Tingkat peradangan yang terjadi dalam tubuh akibat paparan berkepanjangan polusi udara memicu rusaknya sel-sel.
Dalam kasus ekstrem, peradangan berkelanjutan ini dapat berkontribusi pada perkembangan kanker, termasuk kanker paru-paru.
"Peradangan yang terus menerus ini akan memicu sebuah proses tubuh kita (yang harusnya) untuk mengobati, tetapi nggak bisa. Maka akan timbul salah satunya adalah kanker," pungkas dr Didik.
(naf/naf)











































