Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut kondisi udara di DKI Jakarta dan sekitarnya sedang tidak baik-baik saja. Dalam beberapa waktu terakhir bahkan berada di level berbahaya.
Keluhan awal yang biasanya muncul imbas paparan konsentrasi particulate matter 2.5 adalah reaksi alergi.
"Bersin-bersin batuk, tapi batuknya kok nggak hilang-hilang, akhirnya dia mengonsumsi obat, dan konsumsi obat terus menerus juga kan tidak baik," terang dia dalam konferensi pers Kamis (31/8/2023)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan menganggap enteng batuk pilek biasa, batuk pilek berkepanjangan, ISPA berkepanjangan, berisiko terhadap penyakit pneumonia atau penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan fatalitas," sambung dia.
Seperti diketahui, pneumonia juga menjadi kondisi paling banyak berisiko fatal di masa pandemi COVID-19. Artinya, angka fatalitas tinggi akibat penyakit tersebut tak bisa dihindari.
dr Nadia menyarankan agar setiap orang memakai masker yang dipastikan bisa melindungi diri dari paparan PM 2.5 seperti masker N95 dan masker KF94 dengan rata2 efektivitas filtrasi masing-masing di atas 90 persen.
"Masker yang bisa mencegah particulate matter 2.5 terutama kalau kondisi udara yang memang kita lihat saat ini cukup berbahaya kalau kita lihat datanya," pungkasnya.
(naf/vyp)











































