Buruknya kualitas udara di ibukota dan sekitarnya masih terus menjadi sorotan. Dari atas pesawat, penampakan yang kontras langit Jakarta dibanding wilayah lain dapat dengan mudah teramati.
Pantauan detikcom pada Kamis (31/8/2023), kondisi langit Bali saat take off dari Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai sekitar pukul 12.00 WITA teramati cerah. Birunya langit tampak berpadu dengan sekumpulan awan putih.
Tak lama berselang, saat hendak landing di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten, pemandangan yang kontras mulai terlihat. Tidak ada lagi langit biru, awan putih pun tersamar dengan debu polusi yang membuat langit tampak kelabu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai perbandingan, laman IQair mencatat indeks kualitas udara Kota Denpasar di Bali pada Kamis (31/8) pukul 12.00 WITA ada di angka 59 dengan kategori sedang, disimbolkan dengan warna kuning. Pada waktu yang sama, indeks kualitas udara Kota Tangerang berada di kategori tidak sehat dengan skor 157 dan dilambangkan dengan warna merah.
Sementara itu, Kota Jakarta pada periode waktu yang sama juga berada di kategori tidak sehat, dengan indeks kualitas udara 185. Bahkan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB, indeks kualitas udara menyentuh angka 191.
Berbagai upaya tengah dilakukan untuk mengatasi masalah polusi udara, yang mulai berdampak pada peningkatan kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Termasuk dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan, serta kebijakan Work From Home (WFH) di sejumlah instansi untuk mengurangi mobilitas dan emisi kendaraan.
NEXT: Polusi Jakarta sudah level kritis, bukan lagi sekadar bahaya
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melki Laka Lena dalam konferensi pers, Kamis (31/8), menegaskan kondisi udara di Jakarta sudah memasuki level kritis. Bahkan pemimpin negara Presiden Joko Widodo pun turut merasakan dampaknya, yakni batuk-batuk beberapa waktu terakhir.
"Pak Jokowi sendiri menjadi salah satu korbannya. Pak Jokowi Presiden Republik Indonesia mengatakan bahwa termasuk juga yang terdampak polusi udara. Bayangkan sekelas presiden yang seharusnya mendapatkan perlindungan maksimal pun kena, apalagi kita rakyat biasa ini," ungkapnya dalam konferensi pers, Kamis (31/8/2023).
"Ini mengindikasikan bahwa polusi udara ini sudah pada tingkat yang bukan lagi berbahaya, tapi sudah kategori kritis. Ini sudah bukan main-main karena sekelas presiden sudah mengingatkan, berarti memang persoalan ini sudah sangat serius," sambung Melki.
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi, menyebut ada sejumlah penyakit yang diwaspadai terkait dampak polusi kali ini. Ia mengingatkan untuk waspada terhadap gejala pada sistem pernapasan, seperti batuk yang tidak hilang-hilang, serta bersin.
"Jangka waktu panjang keterpaparan terhadap polutan-polutan ini tentunya ada tiga penyakit lagi yang kita lihat terbanyak. Pertama adalah kanker paru, TBC, dan penyakit paru obstruktif kronik," beber dr Nadia.
Simak Video " Lihat Perbedaan Langit Jakarta dan Bali dari Udara "
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)











































