Geger kasus pembunuhan sadis di Bekasi. Perempuan berusia 24 tahun tewas di tangan suami, Nando (25). Aksi sadis itu dilakukan di rumah kontrakan. Sebelum meninggal, korban sempat mengutarakan keresahannya di media sosial pribadi.
Korban mengaku sering menerima perbuatan KDRT suaminya. Dalam sebuah unggahan, korban menunjukkan penampakan bibirnya yang bengkak imbas ditendang suami. Selanjutnya, tangan dan kaki korban lebam-lebam akibat disiksa. Curhatan korban dibenarkan oleh kakaknya, Deden (27).
"Sebuah karya dari jurus maut tendangan si Madun wkwk. Kalau ini jurus tendangan maut ronaldowati wkwk," tulis korban, dalam tangkapan layar media sosialnya yang diterima detikcom, Senin (11/9/2023).
"Wkwk aku dah kaya tahanan gak boleh kabur dari kontrakan wkwk makasih abang gojek dah mau nolong aku biarpun gasempet pake sendal. Doain aku dipermudah jadi jendes ya gais wkwk mudah-mudahan kali ini ga jilat ludah sendiri lagi wkwk. Jangan takut nikah, emang ini lagi apes aja di aku wkwk. Gak cari benar atau salah. Yang jelas KDRT tetap aja gak pernah dibenarkan," beber korban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di luar kasus tersebut, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi mengingatkan agar setiap orang tidak menyepelekan kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga lantaran bisa berdampak besar dalam jangka panjang. Hubungan dengan pasangan yang terlibat KDRT sudah tidak lagi sehat.
Ada sejumlah ciri atau tanda pasangan cenderung mudah melakukan perilaku kekerasan. Salah satunya, sifat emosi yang meledak-ledak.
"Biasanya pasangan yang punya kecenderungan KDRT itu memiliki tanda selain emosinya yang meledak-ledak, kadang dilakukan tidak hanya di rumah, melainkan juga di luar, dan orang lain," ucap Sari kepada detikcom beberapa waktu lalu.
"Tendensi gampang marah, gampang emosi, gampang tersulut di saat ada perbedaan pendapat. Nada meninggi ya bisa menjadi salah satu awal mula terjadinya kekerasan," sambungnya.
Tidak hanya itu, ciri lain yang perlu dilihat adalah bagaimana pasangan menyelesaikan sebuah masalah atau ketika dihadapkan dengan konflik. Bisa saja, emosinya tidak meledak-ledak, tetapi diam-diam melakukan tindakan keji.
"Jadi terlihat dari bagaimana dia bisa menyelesaikan konflik juga di luar bersama orang-orang," pesan Sari.
(naf/kna)











































