Sebuah studi baru mengamati kejadian 'mati suri' kepada sekelompok pasien henti jantung yang mendapatkan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation). Mereka menemukan hampir 40 persen pasien yang menjalani CPR memiliki ingatan, pengalaman seperti mimpi, atau semacam persepsi bahkan ketika mereka tidak sadarkan diri.
Pada pasien henti jantung, biasanya mereka berada di 'ambang kematian' karena tidak bisa merespons sama sekali. Banyak dari pasien henti jantung juga berakhir meninggal meski sudah diberi CPR.
Tapi tidak sedikit juga yang merasakan pengalaman mati suri, kondisi ketika sudah dinyatakan meninggal namun hidup lagi. Fenomena 'bangkit' dari kematian ini termasuk langka di dunia medis. Kemungkinan penyebabnya selalu sulit ditentukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu kondisi yang menjelaskan fenomena ini adalah Lazarus syndrome.
Laman Medical News Today mencatat lazarus syndrome adalah kembalinya sirkulasi spontan (return of spontaneous circulation/ROSC) yang tertunda setelah CPR dihentikan. Artinya, seseorang yang dinyatakan meninggal setelah detak jantungnya terhenti, kembali mengalami aktivitas jantung mendadak.
Studi yang dipublikasikan di laman National Library of Medicine mengenai Lazarus Phenomenon mencatat kasus seorang wanita berusia 25 tahun yang mengunjungi rumah sakit karena muntah terus-menerus dan berat badan menurun selama enam bulan terakhir setelah operasi bariatrik.
Pada hari ke-16 masuk rumah sakit, pasien mengalami henti jantung dan menjalani resusitasi jantung paru (CPR) terus menerus selama 73 menit tetapi tubuhnya tidak kunjung menanggapi atau memberikan sinyal kehidupan, yang menyebabkan diagnosis kematian.
Lima puluh menit kemudian, anggota keluarga tersebut memperhatikan gerakan mata halus yang memerlukan dimulainya kembali protokol dukungan kehidupan jantung tingkat lanjut dan resusitasi. Pasien selamat tetapi ia mengalami defisit neurologis yang signifikan akibat cedera otak anoksik berkepanjangan.
"Durasi yang bervariasi antara waktu kematian klinis dan waktu ROSC telah dilaporkan dalam laporan kasus sebelumnya, meskipun di antara mereka yang selamat, kasus kami memiliki durasi CPR terlama dan interval antara pengumuman kematian dan saat persepsi kehidupan mengkonfirmasi ROSC," tulis studi tersebut.
Penulis studi menambahkan beberapa mekanisme mungkin terlibat dalam perkembangan fenomena Lazarus, termasuk tekanan ekspirasi akhir autopositif (PEEP) pada pasien yang menggunakan ventilasi, ketidakseimbangan elektrolit yang parah (terutama hiperkalemia dan hipokalemia), penyebab reversibel selama CPR, dan waktu yang cukup bagi CPR untuk mencapai ROSC.
Selain itu, masih banyak teori lain yang diusulkan sebagai penyebab dari Lazarus syndrome, seperti hiperkalemia. Namun, karena kasus Lazarus syndrome masih sangat sedikit yang dilaporkan, cukup sulit untuk mengungkap mekanisme pasti di balik kondisi ini.











































