Virus Nipah kembali mewabah di India. Pemerintah setempat melaporkan sejauh ini tidak ada penambahan kasus baru, yakni total enam kasus dengan dua di antaranya meninggal dunia. Pihak berwenang sudah melakukan tes massal virus Nipah pada lebih dari seribu orang, 61 sampel diambil dari kelompok berisiko tinggi.
Seluruhnya merupakan kontak erat yang juga meliputi petugas kesehatan, kabar baiknya hasil tes dinyatakan negatif. Meski begitu, Kementerian Kesehatan RI memperkuat surveilans untuk menghindari risiko penyebaran virus mematikan dengan angka kematian melampaui 70 persen.
Jejak Nipah di Indonesia sejauh ini hanya tercatat pada hewan, belum ditemukan penularan pada manusia. Sebagai kewaspadaan, Dinas Kesehatan Bali tetap memonitor kedatangan wisatawan atau pelaku perjalanan dari India.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang merebak India, nah tentu tiap masyarakat yang pernah berkunjung ke sana atau orang India yang banyak sekarang berkunjung ke Bali, ada keluhan seperti itu perlu kita curigai, kita ambil pemeriksaan darahnya dan melakukan penyelidikan epidemiologi," jelas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Bali I Wayan Widia, dikutip dari Antara, Senin (2/10/2023).
Pasalnya, wisatawan India menjadi pendatang kedua terbanyak di Pulau Dewata berdasarkan catatan Januari hingga Agustus 2023 yakni 288.873 kunjungan. Dinkes Bali menyebut gejala awal yang perlu diwaspadai adalah munculnya demam dan ruam.
Hingga kini belum ditemukan keluhan serupa pada wisatawan yang datang. Namun, ia tetap berkoordinasi dengan kantor kesehatan pelabuhan (KKP) agar setiap pelaku perjalanan dilakukan pemantauan atau skrining awal khususnya dengan riwayat perjalanan ke daerah wabah.
Virus Nipah paling berisiko menyebar melalui hewan atau rervoir pembawa virus seperti kelelawar, Widia mengimbau sebisa mungkin masyarakat menghindari kontak langsung lantaran penyebarannya bisa menular melalyi urine, air liur, hingga makanan yang terkontaminasi.
"Kelelawar buah dan babi diketahui telah terbukti memberikan wabah virus Nipah di Malaysia dan Singapura," bebernya.
NEXT: Pedoman Kemenkes
Mencegah Virus Nipah
Dikutip dari laman resmi Kemenkes, pencegahan penyakit virus Nipah bisa dilakukan melalui pengendalian faktor risikonya, di antaranya:
- Tidak mengonsumsi langsung nira atau aren dari pohonnya karena kelelawar dapat mengkontaminasi pada malam hari. Sehingga, perlu dimasak sebelum dikonsumsi.
- Hindari kontak dengan hewan ternak seperti babi atau kuda yang kemungkinan terinfeksi virus Nipah. Apabila terpaksa harus melakukan kontak, maka menggunakan alat pelindung diri (APD).
- Konsumsi daging ternak yang matang.
- Cuci dan kupas buah secara menyeluruh.
- Buang buah yang ada tanda gigitan kelelawar.
- Bagi tenaga kesehatan dan keluarga yang merawat serta petugas laboratorium yang mengelola spesimen pasien terinfeksi, terapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dengan benar.
- Bagi petugas pemotong hewan, wajib gunakan sarung tangan dan pelindung diri (APD). Hewan yang terinfeksi virus Nipah tidak boleh dikonsumsi. Terapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti membersihkan tangan secara teratur dan terapkan etika bersin.
Gejala Terinfeksi Virus Nipah
Jika terinfeksi virus Nipah, seseorang akan mengalami gejala yang bervariasi, dari tanpa gejala (asimptomatis), infeksi saluran napas akut (ISPA) ringan atau berat, hingga ensefalitis fatal.
Seseorang yang terinfeksi awalnya akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, myalgia (nyeri otot), muntah, dan nyeri tenggorokan. Gejala tersebut dapat diikuti dengan pusing, mudah mengantuk, penurunan kesadaran, dan tanda-tanda neurologis lain yang menunjukkan ensefalitis akut.
Beberapa orang juga dapat mengalami pneumonia atopik dan gangguan saluran pernapasan berat. Pada kasus yang berat, juga muncul ensefalitis dan kejang serta berlanjut menjadi koma dalam 24-48 jam hingga kematian.











































